AKHLAK
KEBAHAGIAAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
DISUSUN OLEH : ISKANDAR
:MIRWAN
SANTOSA
JURUSAN : TARBIYAH
PRODI : BIMBINGAN DAN KONSELING
ISLAM ( BKI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
CURUP ( STAIN CURUP )
KEBAHAGIAAN MENURUT PANDANGAN ISLAM
Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah.
yang senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia ingin hidup bahagia. Hidup
tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan
dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta
yang berlimpah itu terdapat kebahagaiaan. Ada yang mengejar kebahagiaan pada
tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sehab
menurtnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan.
Dengan kekuasaan sesrorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia
terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta
kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan
sangkaan-sangkaan lain.
Lantas apakah yang disebut"bahagia'
(sa'adah/happiness)?
Selama ribuan tahun, para pemikir telah sibuk membincangkan
tentang kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan
bersitat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang
berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah
kebahagiaan. Maka. menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam
jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal
manusia. Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat Barat sebagai:
"Mereka senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa
merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan.
Islam menyatakan bahwa "Kesejahteraan' dan
"kebahagiaan" itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani
insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari; dan bukan pula dia suatu
keadaan hayali insan yang hanva dapat dinikmati dalam alam fikiran belaka.
Keselahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan
diri akan hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari itu — yakni: keyakinan
akan Hak Ta'ala — dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan
keyakinan itu dan menuruti titah batinnya.'
Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan
keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Bilal bin
Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi
disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan
dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara. Para
sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman.
Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan.
Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah
kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannva. Sedang apa yang di sisi Allah adalah
lebih baik dan lebih kekal. Apakah kamu tidak memahaminya?
Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah
jika dia berhasil mencapai ma'rifatullah", telah mengenal Allah SWT.
Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan:
"Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita
rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya mara rasa itu ialah menurut
perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah,
kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota
yang lain dan tubuh manusia.
Ada pun kelezatan hati ialah ma'rifat kepada Allah, karena
hati dijadikan tidak lain untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan
sangat gembira kalau dia dapat herkenalan dengan seorang pajabat tinggi atau
menteri; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan yang
lebih tinggi lagi misalnya raja atau presiden.
Maka tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari
segala macam kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh
manusia, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Dan oleh sebab
itu tidak ada ma'rifat yang lebih lezat daripada ma'rifatullah.
Ma'rifalullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu
mengantarkan manusia kepada keyakinan. bahwa tiada Tuhan selain Allah"
(Laa ilaaha illallah). Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi,
manusia wajib mengenal Allah. Caranya, dengan mengenal ayat-ayat-Nya, baik ayat
kauniyah maupun ayat qauliyah.
Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan manusia
memperhatikan dan memikirkan tentang fenomana alam semesta, termasuk memikirkan
dirinya sendiri.
Disamping ayat-ayat kauniyah. Allah SWT juga menurunkan
ayat-ayat qauliyah, berupa wahyu verbal kepada utusan-Nya yang terakhir, yaitu
Nabi Muhammad saw. Karena itu, dalam QS Ali Imran 18-19, disebutkan, bahwa
orang-orang yang berilmu adalah orang-orang yang bersaksi bahwa "Tiada
tuhan selain Allah", dan bersakssi bahwa "Sesungguhnya ad-Din dalam
pandangan Allah SWT adalah Islam."
Inilah yang disebut ilmu yang mengantarkan kepada peradaban
dan kebahagiaan. Setiap lembaga pendidikan. khususnya lembaga pendidikan Islam.
harus mampu mengantarkan sivitas akademika-nya menuju kepada tangga kebahagiaan
yang hakiki dan abadi. Kebahagiaan yang sejati adalah yang terkait antara dunia
dan akhirat.
Kriteria inilah yang harusnya dijadikan indikator utama,
apakah suatu program pendidikan (ta'dib) berhasil atau tidak. Keberhasilan
pendidikan dalam Islam bukan diukur dari berapa mahalnya uang hayaran sekolah;
berapa banyak yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan sebagainya. Tetapi
apakah pendidikan itu mampu melahirkan manusia-manusia yang beradab yang
mengenal Tuhannya dan beribadah kepada Penciptanya.
Manusia-manusia yang berilmu seperti inilah yang hidupnya
hahagia dalam keimanan dan keyakinan: yang hidupnya tidak terombang-ambing oleh
keadaan. Dalam kondisi apa pun hidupnya bahagia, karena dia mengenal Allah,
ridha dengan keputusanNya dan berusaha menyelaraskan hidupnya dengan segala
macam peraturan Allah yang diturunkan melalui utusan-Nya.
Karena itu kita paham, betapa berbahayanya paham
relativisme kebenaran yang ditaburkan oleh kaum liberal. Sebab, paham ini
menggerus keyakinan seseorang akan kebenaran. Keyakinan dan iman adalah harta
yang sangat mahal dalam hidup. Dengan keyakinan itulah, kata Igbal, seorang
Ibrahim a.s. rela menceburkan dirinya ke dalam api. Penyair besar Pakistan ini
lalu bertutur hilangnya keyakinan dalam diri seseorang. lebih buruk dari suatu
perbudakan.
Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia
semacarn itu; hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Allah dan ridha, menerima
keputusan-keputusan-Nva, serta ikhlas menjalankan aturan-aturan-Nya. Kita
mendambakan diri kita merasa bahagia dalam menjalankan shalat, kita bahagia
menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain,
dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar.
Dalam kondisi apa pun. maka "senangkanlah
hatimu!" Jangan pernah bersedih.
"Kalau engkau kaya. senangkanlah hatimu! Karena di
hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui
hartamu.
"Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah
hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit
kesombongan yang sering menimpa orang-orang kaya. Senangkanlah hatimu karena
tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi, lantaran
kemiskinanmu..."
"Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur,
senangkan pulalah hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak
banyak mencacimu..."
Mudah-mudahan. Allah mengaruniai kita ilmu yang
mengantarkan kita pada sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan
akhirat. Amin.
Cara Bahagia
Menurut Islam
Kebahagiaan Hakiki
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada
kami Syu’bah dari Qatadah dari Anas, Seringkali Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam
berkata, “Ya Allah, kehidupan yang menyenangkan itu
hanya kehidupan akhirat“. Syu’bah berkata, Atau berkata, “Ya
Allah tidak ada kehidupan bahagia yang hakiki kecuali kehidupan akhirat, maka
muliakanlah kaum Anshar dan muhajirin“”. [HR Ahmad No. 12306]Telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Abu al-Tayyah, adh-Dhuba’i dari Anas Bin Malik berkata, saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda saat sedang membantu para sahabatnya membangun masjid, “Ketahuilah, kehidupan yang sarat kebahagiaan hanyalah kehidupan akhirat. Maka mintalah ampun untuk kaum Anshar dan muhajirin.” [HR Ahmad No. 12385]
Cara-Cara Bahagia
Rela Terhadap Ketetapan
Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Di
antara kebahagiaan anak Adam adalah istikharahnya (memohon pilihan dengan
meminta petunjuk kepada Allah) kepada Allah, dan diantara kebahagiaan anak Adam
adalah kerelaannya kepada ketetapan Allah, sedangkan diantara kesengsaraan anak
Adam adalah dia meninggalkan istikharah kepada Allah, dan diantara kesengsaraan
anak Adam adalah kemurkaannya terhadap ketetapan Allah.” [HR. Ahmad
No. 1367]
Memiliki Istri Shalehah,
Tempat Yang Baik, dan Kendaraan Yang Baik
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga
indikasi kebahagiaan anak Adam, dan tiga indikasi kesengsaraan anak Adam;
indikasi kebahagiaan anak cucu adam adalah istri yang shalehah, tempat tinggal
yang baik dan kendaraan yang baik. Sedangkan indikasi kesengsaraan anak Adam
adalah istri yang berakhlak buruk, tempat tinggal yang buruk dan kendaraan yang
buruk.” [HR Ahmad No 1368]
Berpegang Teguh Pada Agama
Ditengah Rusaknya Moral
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Iman
itu bermula dalam keadaan asing dan akan kembali asing seperti semula, maka
berbahagialah orang-orang yang asing pada hari itu, ketika manusia sudah rusak.
Demi Dzat yang jiwa Abul Qasim ada di tanganNya, sungguh iman itu akan
bersarang pada dua masjid ini sebagaimana seekor ular bersarang pada sarangnya.”
[HR Ahmad No. 1518]Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Islam diawali dalam keadaan asing, akan kembali dalam keadaan asing seperti awal mulanya, maka berbahagialah bagi orang-orang asing.” Dikatakan; Siapakah orang-orang asing itu? Beliau menjawab: “Yaitu orang-orang yang memisahkan diri dari kabilah-kabilah.” [HR Ahmad No. 3596]
Terpelihara Dari Fitnah
Rajinlah Berpuasa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya
Allah ‘azza wajalla melipatgandakan satu kebaikan anak Adam menjadi sepuluh
hingga tujuh ratus kali lipat kecuali puasa. Puasa adalah untukKu dan Akulah
yang membalasnya. Orang yang berpuasa memiliki dua kebahagiaan; kebahagiaan
ketika berbuka dan kebahagiaan pada hari kiamat. Dan bau mulut orang yang
berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada wewangian misik.” [HR
Ahmad No 4036]
Mengucapkan Laa Ilaha
Illallah Dengan Ikhlas
Telah menceritakan kepada kami Abdul ‘Aziz bin Abdullah berkata, telah
menceritakan kepadaku Sulaiman dari ‘Amru bin Abu ‘Amru dari Sa’id Al Maqburi
dari Abu Hurairah, bahwa dia berkata: ditanyakan (kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling berbahagia
dengan syafa’atmu pada hari kiamat?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab: “Aku telah menduga wahai Abu Hurairah,
bahwa tidak ada orang yang mendahuluimu dalam menanyakan masalah ini, karena
aku lihat betapa perhatian dirimu terhadap hadits. Orang yang paling berbahagia
dengan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah
dengan ikhlas dari hatinya atau jiwanya“. [HR Bukhari No 97]
Panjang Umur Disertai Taubat
Telah bercerita kepada kami Abu ‘Amir dan Abu Ahmad berkata; telah bercerita
kepada kami Katsir bin Zaid telah bercerita kepadaku Al Harits bin Yazid
berkata; Abu Ahmad dari Al Harits bin Abu Yazid berkata; saya telah mendengar
Jabir bin Abdullah berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah
kalian mengharap kematian karena kejadian pencabutan nyawa sangatlah
mengerikan, dan termasuk kebahagiaan adalah penjangnya umur
seorang hamba dan Allah selalu memberi karunia taubat padanya“. [HR
Ahmad No. 14037]
Memiliki Tetangga Yang Baik
Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Termasuk kebahagiaan
seseorang adalah tetangga yang baik,
kendaraan yang menyenangkan dan tempat tinggal yang luas.” Telah
menceritakan kepada kami Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami Sufyan dari
Habib dari Jamil dari Nafi’ bin Abdul Harits berkata; Rasulullah
Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: lalu disebutkan sama. [HR Ahmad No. 14830]
Syukuri Kebahagiaan Anda
Karena kebahagiaan bagian dari nikmat, maka syukuri kebahagiaan itu agar
bertambah.“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim: 7)
Mudah-mudahan kumpulan hadits cara bahagia ini bisa mengantarkan kita meraih kebahagiaan dunia DAN akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Suhar.2009.filsafat umum.sulthanthaha press IAIN STS
JAMBI,jambi
Poerwantana, ahmadi, rosali.1988.seluk-beluk
filsafatislam.rosda,bandung.
Ahmad syadali, mudzakir.2004.filsafat umum,pustakasetia.
Bandung.
0 Komentar