ULUMUL AL – QUR’AN
I’JAZ AL – QUR’AN
A.
TERMINOLOGI
I’JAZ
B.
MU’JIZAT
VS SIHIR
C.
BUKTI
KEBENARAN AL – QUR’AN SEBAGAI MU’JIZAT
D.
SEGI – SEGI KEMU’JIZATAN AL – QUR’AN
DISUSUN
OLEH:
Iskandar
(15641008)
DOSEN
PEMBIMBING
Moeh.
Rio Marco M.Pd.i
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
CURUP 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………..…………… i
KATA PENGANTAR…………………………………………………….………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….……………… iii
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………...……….…….. 1
- Latar
Belakang…………………………………………………….………….……… 1
- Rumusan
Masalah…………………………………….……………..………….......
1
- TujuanMakalah……………………………………………….…...…...…….……….
1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….….………………….… 4
- Definisi
I’jaz Al – qur’an…………...………,…….…..…………...……………… 4
- Mu’jazat
vs sihir………….………………..……….…...…………………………
4
- Bukti
kebenaran Al – qur’an sebagai. Mu’jizat……….…...…………….………… 5
- Segi
– segi kemu’jizatan al – qur’an…………….…………………………………. 6
BAB III KESIMPULAN ………………………………………………………………..
8
DAFTAR PUTAKA……………………………………………….………………………. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Salah
satu objek penting lainnya dalam kajian ulumul Al Qura’an adalah
perbincangan mengenai mukjizat, terutama mukjizat Al Qura’an. Karena
dengan perantara mukjizat Allah mengingatkan manusia, bahwa para rasul itu
merupakan utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit. Mukjizat yang
telah di berikan kepada para Nabi mempunyai fungsi sama yaitu untuk memainkan
peranannya dan mengatasi kepandaian kaum disamping membuktikan bahwa kekuasaan
Allah itu berada di atas segala-galanya.
Adapun tujuan
mukjizat itu, untuk pengarahan yang ditujukan pada suatu umat yang
berkaitan dengan pengetahuan mereka, karena Allah tidak mengarahkan suatu umat
pada hal-hal yang mereka tidak ketahui, dan di situlah letak nilai mukjizat
yang telah di berikan kepada Nabi.
B. Rumusan
Masalah
Untuk
menghindari meluasnya permasalahan, maka penulis menetapkan rumusan masalah sebagai
berikut ;
1. Apa
pengertian I’jaz Al – qur’an ?
2. Apa
perbadaan Mu’jizat dan sihir ?
3. Apa
saja bukti kebenaran Al – qur’an sebagai wahyu ?
4. Apa saja segi-segi kemukjizatan Al - Qura’an?
C. TUJUAN
1.
Ingin mengetahui tentang I’jaz Al - qur’an.
2. Ingin mengetahui perbedaan Mu’jizat dengan
sihir.
3. Ingin mengetahui kebenaran Al – qur’an
sebagai wahyu.
4. Ingin mengetahui segi-segi kemukjizatan Al
- Qura’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
I’jaz al Qur’an
Sebuah
kata-kata akan dimengerti apabila sudah mengetahui pengertian atau definisi
dari kata-kata tersebut. Dalam hal ini ada dua segi untuk mengetahui sebuah
definisi yaitu segi kebahasaan (Etimologi) dan segi istilah (Terminologi).
Pengertian
I’jaz secara etimologi yaitu bahwa I’jaz berasal dari bahasa arab :
آعْجَزَ
– يُعْجِزُ – إِعْجَازًا – مُعْجِزًا – مُعْجِزَةً
yang
memiliki arti melemahkan, membuktikan kelemahan, menetapkan kelemahan atau
menjadikan tidak mampu. Apabila I’jaz ini berhasil (membuktikan kelemahan )
maka nampaklah kekuatan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan).
Secara
terminologi I’jaz berarti :
إظهار
صدق النبي ص م فى دوى الرسلة بإظهار عجز العرب عن معارضته فى معجته الخالدة
وهي
القرأن وعجز الأجيال بعدهم
“
Memperlihatkan kebenaran nabi dalam pernyataan sebagai seorang rasul, dengan
memperlihatkan kelemahan orang arab dalam menantangnya terhadap mu’jizat yang
kekal yaitu al qur’an dan kelemahan orang-orang yang datang sesudah mereka”.
Dari
definisi tersebut diatas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan I’jaz al
qur’an adalah nilai kemu’jizatan yang terdapat dalam alqur’an sehingga pada
pembahasan I’jaz al qur’an tidak akan jauh berbeda dengan pembahasan alqur’an
sebagai mu’jizat.
B. Mukjizat vs Sihir
Nabi
Musa as diadu oleh Fir’aun dengan para ahli sihir. Para penyihir melemparkan
tali, kemudian tali berubah menjadi ular. Nabi Musa melempar tongkatnya dan
berubah pula menjadi ular. Ular nabi Musa kemudian bertarung, dan berhasil mengalahkan
ular-ular penyihir. Para penyihir takjub dan mengaku kalah. Mereka kemudian
beriman kepada agama yang dibawa nabi Musa as. Fir’aun marah, mengancam mereka
dengan hukuman yang sangat keras, namun mereka tetap dengan keputusannya.
Apa
yang menarik dari peristiwa ini ? Kalau kita tidak dapat membedakan mukjizat
dengan sihir, maka mungkin saja kita akan menduga bahwa mukjizat nabi Musa
adalah ‘sihir’ yang lebih hebat, di atas sihir manusia biasa.
Sejatinya
ini hanya sebuah babak saja dari ‘pertarungan’ yang tak pernah, dan takkan
pernah, usai sampai akhir jaman, antara dua kekuatan. Yaitu antara dua
kekuatan: haq dan batil. Haq adalah sesuatu
yang genuin, asli. Sesuatu yang riil. Mukjizat bersumber
dari realitas sejati yang berada dalam jalur yang terhubung dengan Yang Maha
Haq: Allah. Batil adalah sesuatu yang sengaja diciptakan, berbentuk salinan
maya dari yang nyata. Kebatilan berkorelasi dengan syaitan. Masing-masing
terhubung, dan dapat membentuk, kesadaran manusia: normal atau akal sehat, dan
palsu atau semu, pseudo consciousnessatas kenyataan.
Pertarungan
mukjizat versus sihir adalah perbenturan antara dua bentuk realitas: realitas
sejati dan realitas semu. Dan kurang tepat bila dimaknakan sebagai adu
kesaktian.
Sihir
para ahli sihir hanya menampilkan gambar ilusif ular di pelupuk mata. Tali yang
dilemparkannya tetap tali, dan takkan pernah berubah menjadi ular selamanya.
Sedangkan tongkat nabi Musa adalah nyata, berubah menjadi ular yang nyata pula.
Kemudian semua berakhir pada klimaks yang dramatik, dan tidak bisa dimengerti
oleh paradigma sihrian: gambar ilusif dilenyapkan oleh sesuatu yang nyata,
sesuatu yang langsung dan empirik.
Wajar
kalau kemudian para ahli sihir kaget menemukan kenyataan eksekusi yang tak
pernah ada dalam kamus di dunia persihiran, dan irrasonal menurut
parameter sihrian. Dimaklumi pula kalau akhirnya mereka berbalik memihak
nabi Musa berhadapan dengan Fir’aun.
Mungkin
bisa disimpulkan juga, bahwa para sesungguhnya para ahli sihir adalah penuntut
ilmu yang loyal. Mendedikasikan hidup hanya untuk menuntut
ilmu. Mereka menuntut ilmu sihir karena salah menduga. Dianggapnya
bahwa sihir adalah ilmu yang sejati, dan yang tertinggi. Bila ternyata ada ilmu
yang lebih tinggi dari itu, maka mereka dengan sepenuh hati menerimanya tanpa
syarat, dan tanpa harus takut dengan segala risiko yang ada.
C. Bukti
Al-Quran Mukjizat
Ø Nebula (teory
BIG BANG)
“Maka
apabila langit telah terbelah dan menjadi mawar merah seperti (kilapan) minyak.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” Q.S. Ar Rahmaan:37-38)
Nebula
yang dikenal dengan teory ledakan besar (BIG BANG) adalah kumpulan 100 milyar
galaksi yang berbentuk seperti bunga mawar.
Ø Kesempurnaan Di
Alam Semesta
“Yang
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian
pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak
menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (QS. Al
Mulk: 3-4)
Di
alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya
bergerak dalam orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya berada dalam
keserasian. Bintang, planet, dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan
dalam sistem yang ditempatinya masing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri
atas 200-300 miliar bintang bergerak melalui satu sama lain. Selama masa
peralihan dalam beberapa contoh yang sangat terkenal yang diamati oleh para
astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada keteraturan
alam semesta.
Ø Perjalanan
Matahari
“Dan
matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Yasin:38)
Berdasarkan
perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari berjalan
dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang
angkasa yang dekat dengan bintang Vega.
Ø Bumi dilapisi
oleh Atmosfir sebanyak Tujuh Lapis utk melindungi Bumi.
“Allah-lah
yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.” (QS. Ath-Thalaq:12)
Atmosfer
bumi ternyata terbentuk dari tujuh lapisan. Berdasarkan Encyclopedia Americana
(9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini bertumpukan, bergantung pada suhu,
yaitu lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, ionosfer, eksosfer,
dan magnetosfer
Ø Air Laut Tidak
Saling Bercampur
“Dia
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.” (QS. Ar-Rahman:19-20)
Pada
ayat di atas ditekankan bahwa dua badan air bertemu, tetapi tidak saling
bercampur akibat adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi? Biasanya, bila air
dari dua lautan bertemu, diduga airnya akan saling bercampur dengan suhu dan
konsentrasi garam cenderung seimbang. Namun, kenyataan yang terjadi berbeda
dengan yang diperkirakan. Misalnya, meskipun Laut Tengah dan Samudra Atlantik,
serta Laut Merah dan Samudra Hindia secara fisik saling bertemu, airnya tidak
saling bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat batas. Di Selat
Gibraltar lebih terlihat lagi. Antara air di Selat Gibraltar dengan Laut
Mediteran terdapat perbedaan warna yang jelas yang menjadi batas antara
keduanya.
Ø Tanah terendah
di Bumi
“Bangsa
Romawi telah dikalahkan, di negeri yang terdekat (terendah) dan mereka setelah
kekalahannya itu akan menang” (QS. Ar-Rum ayat 2 dan 3)
Fakta
menarik telah ditemukan baru-baru ini, dengan bantuan gambar satelit, adalah
daerah sekitar Laut Mati (terletak di Great Rift Valley) memiliki ketinggian
terendah di Bumi. Bahkan, titik terendah di bumi adalah garis pantai Laut Mati,
dengan ketinggian sekitar 400 meter di bawah permukaan laut.
Oleh
karena itu menjadi jelas bahwa wilayah Rift Valley di sekitar Laut Mati adalah
apa yang dimaksud dalam Quran dengan "tanah terendah." Ini adalah
keajaiban dari Quran karena tidak ada yang bisa mengetahui atau meramalkan
fakta tersebut di abad ke-7 karena satelit dan teknologi modern tidak tersedia
pada saat itu. Sekali lagi, satu-satunya penjelasan yang mungkin adalah bahwa
Nabi Muhammad SAW telah benar-benar menerima wahyu dari Allah, Sang Pencipta
Alam semesta
Ø Alam semesta
Berkembang
“Dan
langit Kami bangun dengan kekuasaan Kami, dan Kami benar-benar meluaskannya”
(QS.Ad-Zariyat 51 : 47)
Alam
semesta ini telah dan akan berkembang / bergerak terus-menerus. Pada awal abad
20, scientis dari Russia, Alexander Freakman dan astronomist Belgia, George L,
mengemukakan dan mengkalkulasikan melalui jarak & hitungan angka dan
mengeluarkan teori bahwa alam semesta itu bergerak. Fakta ini dibuktikan
kembali oleh para ahli pada tahun 1929 dengan teleskop oleh Edwin Hubble,
astronomi Amerika mengemukaan bahwa bintang2 dan galaksi bergerak saling
mendekati atau menjauhi.
D. Segi – segi
Kemukjizatan Al-qur’an
Dalam al-Nukat
fî I‘jâz al-Qur’ân, al-Rummânî menyebutkan 7 sisi kemukjizatan al-Qur’an:
1.
Menghindarkan penentangan terhadapnya dengan kuatnya motivasi dan kebutuhan
terhadapnya
2.
Tantangannya kepada seluruh manusia
3. Sharfah (dipalingkannya
pemikiran manusia untuk membuat yang semisal al-Qur’an)
4. Balâghah (retorika)
5.
Berita-berita yang benar mengenai masa depan
6.
Melampaui atau di luar kebiasaan
7.
Keunggulannya dari semua mukjizat yang lain.
Sementara
itu, al-Bâqillânî dalam I‘jâz al-Qur’ân menolak
paham sharfah dan menerangkan tiga segi kemukjizatan al-Qur’an, yang
mencakup:
Pemberitaan
tentang perkara-perkara gaib
Penuturan
kisah-kisah umat atau orang terdahulu padahal ia disampaikan oleh seorang
yang ummî (tak mahir membaca ataupun menulis)
Keunggulan
dalam susunan redaksinya yang indah dan keserasiannya yang menakjubkan.
Al-Bâqillânî sendiri lebih cenderung memilih segi ketiga ini sebagai
kemukjizatan al-Qur’an yang sebenarnya, dan merinci lagi segi ini ke dalam
banyak poin.
Al-Qurthûbî
(w. 671 H) dalam mukadimah al-Jâmî‘ li Ahkâm al-Qur’ân, menyebutkan 10
segi kemukjizatan al-Qur’an:
Susunan
redaksi yang begitu indah yang lain dari yang lain
Gaya
tutur (uslub) yang lain dari yang lain
Jazâlah
(kefasihan) yang mustahil berasal dari makhluk
Pengaruhnya
yang besar terhadap bahasa Arab
Pemberitaan
peristiwa-peristiwa yang telah berlalu sejak bermulanya dunia ini hingga waktu
turunnya al-Qur’an
Terbuktikannya
janji-janji yang ada di dalamnya
Pemberitaan
peristiwa-peristiwa gaib di masa mendatang
Pengetahuan
yang terkandung di dalamnya
Hikmah-hikmahnya
yang matang
Keselarasan
kandungannya lahir dan batin.
Pada
masa modern, berkembanglah fokus ke segi-segi kemukjizatan yang baru, seperti
kemukjizatan dari segi isyarat atau kandungan saintifik al-Qur’an dan keajaiban
matematis dalam al-Qur’an. Karenanya, rumusan mengenai cakupan kemukjizatan
al-Qur’an pada masa modern umumnya sangat berbeda dari yang dulu ulama rumuskan
pada masa klasik.
‘Abdullâh
al-Darrâz misalnya, dalam al-Naba’ al-‘Azhîm(1933) menyebutkan tiga sisi
kemukjizatan al-Qur’an (yang juga diikuti oleh Mannâ‘ al-Qaththân
dalam Mabâhits fî ‘Ulûm al-Qur’ân):
Kemukjizatan
dalam aspek kebahasaan (al-i‘jâz al-lughawî)
Kemukjizatan
ilmiah (al-i‘jâz al-‘ilmî)
Kemukjizatan
dari sisi tasyri‘.
Sedangkan
Mushthafâ Muslim dalam Mabâhits fî I‘jâz al-Qur’ân menyebutkan empat
segi kemukjizatan al-Qur’an:
Kemukjizatan
dari sisi keindahan gaya bahasa (al-i‘jâz al-bayânî)
Kemukjizatan
ilmiah (al-i‘jâz al-‘ilmî atau al-i‘jâz al-tajrîbî)
Kemukjizatan
dari sisi tasyri‘
Kemukjizatan
yang terkait dengan ulasan tentang kegaiban (al-i‘jâz al-ghaybî).
Sedangkan
Muhammad ‘Abd al-‘Azhîm al-Zarqânî dalamManâhil al-‘Urfân fî ‘Ulûm
al-Qur’ân menyebutkan 14 segi kemukjizatan al-Qur’an:
Bahasa
dan uslubnya yang lain dari yang lain
Cara
penyusunannya
Pengetahuan
yang terkandung di dalamnya
Pemenuhannya
terhadap kebutuhan manusia
Keterangan
al-Qur’an perihal ilmu alam
Tekniknya
dalam mendamaikan
Kabar-kabar
gaib di dalamnya
Ayat-ayat
peringatan
Wahyu
yang diturunkan setelah lama dinanti
Keadaan
Nabi saat menerima wahyu
Ayat
laknat
Ketidakmampuan
Rasul mendatangkan gantinya
Ayat-ayat
yang menegasikan penisbatan al-Qur’an kepada Rasul
Pengaruh
al-Qur’an
Sementara
Khâlid ‘Abdurrahmân al-‘Akk dalam Ushûl al-Tafsîr wa
Qawâ‘iduh menyebut 12 sisi kemukjizatan al-Qur’an sebagai berikut:
Lafal
yang ringkas namun maknanya demikian sempurna
Pengumpamaan
sesuatu dengan sesuatu yang lain
Makna
kiasan
Keserasian
huruf dan kata
Huruf
yang menjadi akhir ayat
Kemiripan
lafal
Penggambaran
kisah atau keadaan dengan redaksi yang berbeda-beda
Kandungan
hukum dan rahasia
Ayat-ayat
yang komprehensif
Kata
benda dan kata kerja superlatif (mubâlaghah)
Penjelasan
yang indah
Pemberitaan
apa yang telah dan akan terjadi
Sedangkan
Quraish Shihab dalam Mukjizat Al-Qur’an danSejarah dan Ulum
al-Qur’an, menyimpulkan tiga aspek besar kemukjizatan al-Qur’an, yaitu:
1.
Keindahan dan ketelitian bahasanya
2.
Isyarat-isyarat ilmiah yang terkandung di dalamnya
3.
Pemberitaan gaibnya.
Beragamnya
rumusan para ulama mengenai sisi-sisi kemukjizatan al-Qur’an justru menunjukkan
betapa banyak sisi al-Qur’an yang menakjubkan. Alih-alih saling menegasi,
perbedaan pendapat mereka tampak sekali saling melengkapi. Ya, sebetulnya
“dalam al-Qur’an terdapat beribu mukjizat,” kata al-Zarqânî. Keragaman ini
adalah petunjuk bahwa al-Qur’an ialah kitab yang dari sisi mana saja kita
memandangnya, yang tampak adalah kilauan cahaya
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengertian
I’jaz
Dari
segi bahasa kata I’jaz berasal dari kata a’jaz-yujizu-I’jaz yang berarti
melemahkan atau memperlemah, juga dapat berarti menetapkan kelemahan atau
memperlemah. Secara umum I’jaz adalah ketidakmampuan seseorang melakukan
sesuatu yang merupakan lawan dari ketidak berdayaan.
Dan
terdapat banyak segi –segi kemu’jizatan Al – qur’an.
0 Komentar