Apa kabar jodohku? Apa kabar wahai tulang rusukku?
Semoga tahun ini kita dipertemukan.
Apa kabar jodohku? Apa kabar wahai tulang rusukku? Di
mana pun kamu berada, semoga kamu sehat selalu. Dan seperti malam-malam
sebelumnya, malam ini mataku kembali sulit untuk terpejam. Bagaimana denganmu?
Apakah tidurmu nyenyak, ataukah malam-malammu juga terusik oleh
kegelisahan-kegelisahan yang sama sepertiku?
Wahai jodohku, jika hati adalah rumah bagi hati yang lain,
dan rumah adalah tempat ternyaman untuk pulang, lalu kapankah kamu akan datang
dan menetap di rumah ternyamanmu? – Di hatiku.
Aku ingin segera bertemu, aku tidak ingin mendahului
rencanaNya, tapi bolehkah aku meminta untuk dipertemukan tahun ini? Doaku – perihal
rencana Tuhan menitipkan rasa ini padaku, kuharap bukan sekedar cinta yang
datang untuk pelajaran saja, dan kuharap Tuhan segera menghadirkanmu untukku.
Aku gelisah karena merindukanmu, tapi mungkin saat ini
memang belum saatnya untuk kita bertemu? Bukan karena aku tak ingin.
Bukan juga berarti aku tak berusaha untuk menemukanmu. Tapi mungkin memang
karena perjalanan yang harus kita tempuh masih panjang.
Wahai jodohku, aku sering berpikir, apakah kita pernah
bertemu sebelumnya? Apakah aku pernah melihatmu? Apakah aku menyimpan nomer
handphone dan sering berkirim pesan singkat denganmu? Atau mungkin kita teman
dekat yang tanpa kita sadari?
Jika memang itu kita sudah pernah bertemu tapi kau tak
menyapamu, maafkan aku, karena aku memang tak tau jika itu kamu. – Jodohku.
Dan jika memang kita pernah bertemu dan saling mengenal,
maka itulah diriku. Aku dengan penampilan dan segala kekurangan dan tingkah
lakuku. Ya. itulah aku,,
Tapi yakinlah wahai jodohku, bahwa yang kamu lihat itu
adalah bagian sebuah proses kehidupan. Dan sebagian proses itu akan lengkap
jika kita lakukan bersama.
Kelak, lelaki inilah yang akan memakaikan cincin di jari
manismu, melangkah bersamamu, mengikrarkan niat Munakahat dan menjadi yang
Halal bagimu, menjadi pelipur lara di kala lelah bekerja, membimbing dan
menjagamu dan menjadi seorang Ayah untuk anak-anakmu serta menjadi imammu.
Wahai jodohku, aku rindu, kapan kita bertemu? Segala
angan tentangmu selalu saja menitipkan kegelisahan yang memenuhi hari-hariku.
begitu banyak harapan yang ingin kulalui bersamamu. Takkan lelah jiwa ini
mencarimu.
Wahai jodohku, apakah kamu merindukan aku juga? Apakah
harapan kamu untuk segera dipertemukan denganku? Semoga doa kita didengar oleh
Sang Maha Membolak-balikan hati manusia. Dan jika tidak segera dipertemukan,
aku harap kita terus memperbaiki diri, sehingga kita nantinya dipertemukan
dengan keadaan yang siap. Aku percaya, Tuhan memiliki rencana yang tepat untuk
kita dipertemukan. Karena Sang Perencana yang paling indah adalah Rencanya-Nya.
“Dan
diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah diciptakanNya untukmu pasangan hidup
dari jenismu sendiri supaya kamu mendapat ketenangan hati dan dijadikanNya
kasih sayang di antara kamu. Sesungguhnya yang demikian menjadi tanda-tanda
kebesaranNya bagi orang-orang yang berfikir” (QS. Ar-Rum: 21)
Itulah yang kadang sejenak meredakan kegelisahanku akan
keberadaanmu – jodohku. Apa yang kau pahami dari surah itu? Suatu saat
nanti, ayo kita diskusikan bersama.
Saat ini, pada bagian ini aku mulai merasa aneh, aku mulai
sadar bahwa aku sedang menulis sepucuk surat untuk seseorang yang aku tak tau
itu siapa. Yang aku tau, tulisan ini berisi kejujuran dan ketulusan yang
merupakan gambaran dari kerinduan dan kegelisahanku padamu – jodohku.
Terakhir, wahai
jodohku, bersabarlah sedikit lagi, dan berdoalah semoga Allah senantiasa
menjadikan kita berada di jalan yang benar, Aamiin.