Syirik adalah mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam
hal–hal yang merupakan kekhususan bagi Allah. Kekhususan Allah meliputi tiga
hal rububiyah, uluhiyah, dan asma’ dan sifat.
Bentuk-bentuk Syirik
Bentuk-bentuk
Syirik dapat dibagi kedalam 3 bagian :
1) Syirik di dalam Al Uluhiyyah
Yaitu kalau seseorang menyakini bahwa ada tuhan selain Allah
yang berhak untuk disembah (berhak mendapatkan sifat-sifat ubudiyyah). Yang
mana Allah Subhanahuwa Ta’ala dalam berbagai tempat dalam Kitab-Nya menyeru
kepada hamba-Nya agar tidak menyembah atau beribadah kecuali hanya kepada-Nya
saja. Firman Allah Ta’ala :
“Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan
orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap dan Dia menurunkan air (hujan)
dari langit lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai
rezeki untukmu karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah
padahal kamu mengetahuinya.” (QS. Al Baqarah : 21-22)
Perintah Allah dalam ayat ini agar semua manusia beribadah kepada
Rabb mereka dan bentuk ibadah yang diperintahkan antara lain syahadat, shalat,
zakat, shaum, haji, sujud, ruku’, thawaf, doa, tawakal, khauf (takut), raja’
(berharap), raghbah (menginginkan sesuatu), rahbah (menghindarkan dari
sesuatu), khusu’, khasyah,isti’adzah (berlindung), istighatsah (meratap),
penyembelihan, nadzar, sabar dan lain lain dari berbagai macam ibadah yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Di sisi lain ada kerancuan yang terdapat di kalangan umum dalam
memahami ibadah. Mereka mengartikan ibadah dalam definisi yang sempit sekali
seperti shalat, puasa, zakat, haji. Ada pun yang lainnya tidak dikategorikan di
dalamnya. Sungguh indah perkataan Syaikhul Islam Abul Abbas Ibnu
Taimiyyah rahimahullah dalam mendefinisikan ibadah, beliau berkata
:
“Ibadah itu ialah suatu nama yang mencakup semua perkara yang
dicintai Allah dan diridhai-Nya, apakah berupa perkataan ataupun perbuatan,
baik dhahir maupun yang bathin.”
Inilah pengertian ibadah yang sesungguhnya, yaitu meliputi
segala perkara yang dicintai dan diridlai Allah, baik itu berupa perkataan
maupun perbuatan.
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, ( QS. Al-baqoroh 21 )
Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 21 di atas menyatakan
sembahlah Rabb kamu, dimaksudkan untuk mendekatkan pemahaman kepada semua
manusia bahwa Ar Rabb yang wajib disembah adalah yang telah menciptakanmu dan
orang-orang sebelum kamu, yang menciptakan langit dan bumi serta yang mampu
menurunkan air (hujan) dari langit. Yang dengan air hujan itu dihasilkan segala
jenis buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian agar kalian mengetahui semua. Maka
janganlah mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah dengan menyembah dan meminta
rezeki kepada selain-Nya. Apakah kalian tidak malu dan berpikir bahwa Allah
yang menghidupkan dan yang memberi rezeki kemudian kalian tinggalkan untuk
beribadah kepada selain-Nya?
Firman Allah Ta?ala :
“Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tak dapat
memberi rezeki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi dan tidak berkuasa
(sedikit jua pun). Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah.
Sesungguhnya Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nahl :
73-74)
2) Syirik Di Dalam Ar Rububiyyah
Yaitu jika seseorang meyakini bahwa ada selain Allah yang bisa
menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan atau mematikan, dan yang lainnya dari
sifat-sifat ar rububiyyah. Orang-orang seperti ini keadaannya lebih sesat dan
lebih jelek daripada orang-orang kafir terdahulu.
Orang-orang terdahulu beriman dengan tauhid rububiyyah namun
mereka menyekutukan Allah dalam uluhiyyah. Mereka meyakini kalau Allah
satu-satunya Pencipta alam semesta namun mereka masih tetap berdoa, meminta
pada kuburan-kuburan seperti kuburan Latta. Sebagaimana Allah kisahkan tentang
mereka :
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah
yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu
mereka akan menjawab : “Allah.” Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari
jalan yang benar). (QS. Al Ankabut : 61)
Firman Allah Ta’ala :
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka : “Siapakah
yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab : “Allah.”
Katakanlah : “Segala puji bagi Allah.” Tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahuinya. (QS. Luqman : 25)
Ayat-ayat ini semua menunjukkan kalau orang-orang musyrik
terdahulu mengakui Allah-lah satu-satunya pencipta yang menciptakan langit dan
bumi, yang menghidupkan dan mematikan, yang menurunkan hujan dan seterusnya.
Akan tetapi mereka masih memberikan peribadatan kepada yang lainnya. Maka
bagaimanakah dengan orang-orang yang tidak menyakini sama sekali kalau
Allah-lah Penciptanya atau ada tuhan lain yang menciptakan, menghidupkan, dan
mematikan, yang menurunkan hujaan dan seterusnya atau ada yang serupa dengan
Allah dalam masalah-masalah ini. Tentu yang demikian lebih jelek lagi. Inilah
yang dimaksud syirik dalam rububiyah.
3) Syirik Di Dalam Al Asma’ wa Ash Shifat
Yaitu kalau seseorang mensifatkan sebagian makhluk Allah dengan
sebagian sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya. Contohnya, menyakini bahwa ada
makhluk Allah yang mengetahui perkara-perkara ghaib.
Firman Allah Ta?ala :
(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak
memperlihatkan
kepada seorang pun tentang yang ghaib itu.? (QS. Al Jin : 26)
JENIS-JENIS SYIRIK
1. Syirik Akbar
Syirik ini menjadi penyebab keluarnya seseorang dari agama
Islam, dan orang yang bersangkutan jika meninggal dalam keadaan demikian, akan
kekal di dalam neraka.
Hakikat syirik akbar adalah memalingkan salah satu jenis ibadah kepada selain
Allah! Seperti :
– memohon dan taat kepada selain Allah
– bernadzar untuk selain Allah
– takut kepada mayat, kuburan, jin, setan disertai
keyakinan bahwa hal-hal tersebut dapat memberi bahaya dan mudharat kepadanya
– memohon perlindungan kepada selain Allah, seperti meminta
perlindungan kepada jin dan orang yang sudah mati
– mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diwujudkan kecuali
oleh Allah
– seperti meminta hujan kepada pawang, meminta penyembuhan
kepada dukun dengan keyakinan bahwa dukun itulah yang menyembuhkannya, mengaku
mengetahui perkara ghaib, menyembelih hewan kurban yang ditujukan untuk selain
Allah.
Macam-macam Syirik Besar
a. Syirik dalam berdoa
Yaitu meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam kitab-Nya (yang terjemahannya):
“Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai
apa-apa meskipun setipis kulit ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka
tiada mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar mereka tidak dapat
memperkenankan permintaanmu. (QS. Faathir: 13-14)
b. Syirik dalam sifat Allah
Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali mengetahui
perkara-perkara ghaib. Allah Ta’ala telah membantah keyakinan seperti
itu dengan firman-Nya (yang terjemahannya):
“Dan pada
sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya
kecuali dia sendiri.” (QS. Al-An’am : 59). Lihat QS. Al-Jin: 26-27.
Pengetahuan tentang hal yang ghaib merupakan salah satu hak
istimewa Allah, menisbatkan hal tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar.
c. Syirik dalam Mahabbah (kecintaan)
Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya mencintai
Allah, atau menyetarakan cinta-nya kepada makhluk dengan cintanya kepada Allah
Ta’ala. Mengenai hal ini Allah Ta’ala berfirman (yang terjemahannya):
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.
(QS. Al-Baqarah: 165).
Mahabbah dalam ayat ini adalah mahabbatul ubu-diyah (cinta
yang mengandung unsur-unsur ibadah), yaitu cinta yang dibarengi dengan
ketundukan dan kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang dicintai daripada yang
lainnya. Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah, hanya Allah yang
berhak dicintai seperti itu, tidak boleh diperlakukan dan disetarakan
dengan-Nya sesuatu apapun.
d. Syirik dalam ketaatan
Yaitu ketaatan kepada makhluk, baik wali ataupun ulama dan
lain-lainnya, dalam mendurhakai Allah Ta’ala. Seperti mentaati mereka dalam
menghalal-kan apa yang diharamkan Allah Ta’ala, atau mengharamkan apa yang
dihalalkan-Nya.
Mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Ta ala berfirman (yang
terjemahannya) : Mereka menjadikan orang-orang alim, dan rahib-rahib mereka
sebagai Tuhan selain Allah. (QS. At-Taubah: 31).
Taat kepada ulama dalam hal kemaksiatan inilah yang dimaksud
dengan menyembah berhala mereka! Berkaitan dengan ayat tersebut di atas, Rasulullah
SAW menegaskan (yang terjemahannya): Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam
bermaksiat kepada al-Khaliq (Allah). (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Ahmad).
e. Syirik khauf (takut)
Jenis-jenis takut :
1. Khauf Sirri; yaitu takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala,
berupa berhala, thaghut, mayat, makhluk gahib seperti jin, dan orang-orang yang
sudah mati, dengan keyakinan bahwa mereka dapat menimpakan mudharat kepada
makhluk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang terjemahannya): Janganlah
kamu takut kepada mereka, takutlah kamu kepada-Ku jika kamu benar-benar orang
beriman.(QS. Ali Imran: 175).
2. Takut yang menyebabkan seseorang meninggalkan
kewajibannya, seperti: Takut kepada seseorang sehingga menyebabkan
kewajiban ditinggalkan. Takut seperti in hukumnya haram, bahkan termasuk syirik
ashghar (syirik kecil). Berkaitan dengan hal tersebut Rasulullah SAW bersabda
(yang terjemahannya):
“Janganlah seseorang dari kamu menghinakan dirinya!” Shahabat
bertanya: Bagaimana mungkin seseorang menghinakan dirinya sendiri? Rasulullah
bersabda: “Yaitu ia melihat hak Allah yang harus ditunaikan, namun tidak
ditunaikannya! Maka Allah akan berkata kepadanya di hari kiamat: Apa yang
mencegahmu untuk mengucapkan begini dan begini?”.
Ia menjawab: “Karena takut kepada manusia!”. Allah berkata:
“Seharusnya hanya kepadaKu saja engkau takut”. (HR. Ibnu Majah dari Abu Said al
Khudry, Shahih).
3. Takut secara tabiat, takut yang timbul
karena fitrah manusia seperti takut kepada binatang buas, atau kepada orang
jahat dan lain-lainnya. Tidak termasuk syirik, hanya saja seseorang janganlah
terlalu didominasi rasa takutnya sehingga dapat dimanfaatkan setan untuk
menyesatkannya.
f. Syirik hulul
Percaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya. Ini adalah
aqidah Ibnu Arabi (bukan Ibnul Arabi, beliau adalah ulama Ahlus Sunnah) dan
keyakinan sebagian kaum Sufi yang ekstrem.
g. Syirik Tasharruf
Keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa untuk
bertindak dalam mengatur urusan makhluk. Keyakinan seperti ini jelas lebih
sesat daripada keyakinan musyrikin Arab yang masih meyakini Allah sebagai
Pencipta dan Pengatur alam semesta.
h. Syirik Hakimiyah
Termasuk syirik hakimiyah adalah membuat undang-undang yang
betentangan dengan syariat Islam, serta membolehkan diberlakukannya undang
undang tersebut atau beranggapan bahwa hukum Islam tidak sesuai lagi dengan
zaman. Yang tergolong musyrik dalam hal ini adalah para hakim yang membuat dan
memberlakukan undang-undang, serta orang-orang yang mematuhinya, jika meyakini
kebenaran UU tersebut dan rela dengannya.
i. Syirik tawakkal
Tawakkal ada tiga jenis:
– Tawakkal dalam perkara yang hanya mampu dilaksanakan oleh
Allah saja. Tawakkal jenis ini harus diserahkan kepada Allah semata, jika
seseorang menyerahkan atau memasrahkannya kepada selain Allah, maka ia termasuk
Musyrik.
– Tawakkal dalam perkara yang mampu dilaksanakan para makhluk.
Tawakkal jenis ini seharusnya juga diserahkan kepada Allah, sebab
menyerahkannya kepada makhluk termasuk syrik ashghar.
– Tawakkal dalam arti kata mewakilkan urusan kepada orang lain
dalam perkara yang mampu dilaksanakannya. Seperti dalam urusan jual beli dan
lainnya. Tawakkal jenis ini diperbolehkan, hanya saja hendaklah seseorang tetap
bersandar kepada Allah Subhanahu wa Taala, meskipun urusan itu diwakilkan kepada
makhluk.
j. Syirik niat dan maksud
Yaitu beribadah dengan maksud mencari pamrih manusia semata,
mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman (yang terjemahannya):
“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya Kami berikan kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia dengan
sempurna, dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang
tidak akan memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu
apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan”. (QS. Hud: 15-16).
Syirik jenis ini banyak menimpa kaum munafiqin yang telah biasa
beramal karena riya.
k. Syirik dalam Hal Percaya Adanya Pengaruh Bintang dan Planet
terhadap Berbagai Kejadian dan Kehidupan Manusia.
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata: Rasulullah SAW
bersabda (yang terjemahannya): Allah berfirman: “Pagi ini di antara hambaku ada
yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang berkata, kami
diberi hujan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia beriman kepada-Ku
dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata: Hujan itu turun karena
bintang ini dan bintang itu maka dia telah kufur kepada-Ku dan beriman kepada
bintang”. (HR, Bukhari).
Lihat Fathul Bary, 2/333).
Termasuk dalam hal ini adalah mempercayai astrologi
(ramalan bintang) seperti yang banyak kita temui di koran dan majalah.
Jika ia mempercayai adanya pengaruh bintang dan planet-planet terse-but maka
dia telah musyrik. Jika ia membacanya sekedar untuk hiburan maka ia telah
melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Sebab tidak dibolehkan mencari hiburan
dengan membaca hal-hal syirik. Disamping setan terkadang berhasil menggoda jiwa
manusia sehingga ia percaya kepada hal-hal syirik tersebut. Maka, membacanya
termasuk sarana dan jalan menuju kemusyrikan.
Kisah Seputar Syirik Besar
Masuk Neraka karena seekor lalat
Thariq bin Syihab menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda (yang terjemahannya): Ada seseorang masuk surga karena seekor lalat,
dan ada seseorang masuk neraka karena seekor lalat pula. Para shahabat
bertanya: Bagaimana hal itu, ya Rasulul-lah? Beliau menjawab: Ada dua orang
berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang mana tidak seorang
pun melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban.
Ketika itu, berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua
orang tersebut: Persembahkanlah kurban kepadanya! Dia menjawab: Aku tidak
mempunyai sesuatu yang dapat kupersem-bahkan kepadanya. Mereka pun berkata
kepadanya lagi: Persembahkan sekalipun seekor lalat. Lalu orang itu
mempersembahkan seekor lalat, mereka pun memperkenankan dia untuk meneruskan
perjalanan.
Maka dia masuk neraka karenanya. Kemudian berkatalah mereka
kepada seorang yang lain: Persembahkanlah kurban kepadanya. Dia menjawab: Aku
tidak patut mempersembahkan sesuatu kurban kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla.
Kemudian mereka memenggal lehernya, karenanya orang ini masuk surga. (HR. Imam
Ahmad).
Dan termasuk penyembelihan jahiliyah yang terkenal di zaman kita
sekarang ini- adalah menyembelih untuk jin. Yaitu manakala mereka membeli rumah
atau membangunnya, atau ketika menggali sumur mereka menyembelih di tempat
tersebut atau di depan pintu gerbangnya sebagai sembelihan (sesajen) karena
takut dari gangguan jin. (Lihat Taisirul Azizil Hamid, hal. 158).
2. Syirik Ashghar
Yaitu setiap ucapan atau perbuatan yang dinyatakan syirik oleh
syara tetapi tidak mengeluarkan dari agama. Ia merupakan dosa besar yang dapat
mengantarkan kepada syirik akbar.
Macam-macam syirik asghar:
a. Zhahir (nyata)
Berupa ucapan: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya):
“Barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia telah berbuat
syirik”. (HR. Ahmad, Shahih).
Dan sabda Nabi SAW yang lain (yang terjemahannya): “Janganlah kamu berkata: Atas kehendak
Allah dan kehendak Fulan. Tapi katakanlah: Atas kehendak Allah , kemudian
kehendak Fulan”. (HR. Ahmad, Shahih).
Berupa amalan, seperti: Memakai gelang, benang, dan sejenisnya
sebagai pengusir atau penangkal mara bahaya, jika ia meyakini bahwa benda-benda
tersebut hanya sebagai sarana tertolak atau tertangkalnya bala. Namun bila dia
meyakini bahwa benda-benda itulah yang menolak dan menangkal bala, hal itu
termasuk syirik akbar. Imran bin Hushain radiallahu anhu menuturkan, bahwa Nabi
SAW melihat seorang laki-laki terdapat di tangannya gelang kuningan, maka
beliau bertanya (yang terjemahannya): “Apakah ini?”.
Orang itu menjawab: Penangkal sakit. Nabi pun bersabda:
“Lepaskan itu karena dia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu; sebab jika
kamu mati sedang gelang itu masih ada pada tubuhmu, kamu tidak akan beruntung
selama-lamanya”. (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang bisa diterima).
Dan riwayat Imam Ahmad pula dari Uqbah bin Amir dalam hadits
marfu (yang terjemahannya): Barang siapa menggantungkan tamimah, semoga Allah
tidak mengabul-kan keinginannya; dan barang siapa menggantungkan wadaah, semoga
Allah tidak memberi ketenangan pada dirinya. Disebutkan dalam riwayat lain:
Barang siapa menggantungkan tamimah, maka dia telah berbuat syirik.(Tamimah
adalah sesuatu yang dikalungan di leher anak-anak sebagai penangkal atau
pengusir penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki seseorang dan
lain sebagainya. Wadaah adalah sejenis jimat).
b. Khafi (tersembunyi); syirik yang
bersumber dari amalan hati, berupa riya, sumiah dan lain-lainnya.
BAHAYA SYIRIK
1. Syirik Ashghar (tidak mengeluarkan dari agama).
a. Merusak amal yang tercampur dengan syirik ashghar.
Dari Abu Hurairah radiallahu anhu marfu (yang terjemahannya):
Allah berfirman: “Aku tidak butuh sekutu-sekutu dari kalian, barang siapa yang
melakukan suatu amalan yang dia menyekutukan-Ku padanya selain Aku, maka Aku
tinggalkan dia dan persekutuannya”. (Riwayat Muslim, kitab az-Zuhud 2985, 46).
b. Terkena ancaman dari dalil-dalil tentang syirik, karena
salaf menggunakan setiap dalil yang berkenaan dengan syirik akbar untuk syirik
ashghar. (Lihat al-Madkhal, hal 124).
c. Termasuk dosa besar yang terbesar.
2. Syirik Akbar
a. Kezhaliman terbesar.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya syirik
itu kezhaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13).
b. Menghancurkan seluruh amal.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya jika
engkau berbuat syirik, niscaya hapuslah amalmu, dan benar-benar engkau termasuk
orang yang rugi”. (QS. Az-Zumar: 65).
c. Jika meninggal dalam keadaan syirik, maka tidak akan diampuni
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya):Sesungguhnya, Allah
tidak akan mengampuni jika disekutukan, dan Dia akan mengampuni selain itu (syirik)
bagi siapa yang (Dia) kehendaki. (QS. An-Nisa: 48, 116).
d. Pelakunya diharamkan masuk surga.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya barang
siapa menyekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan jannah baginya dan
tempatnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zhalim itu seorang
penolong pun”. (QS. Al-Maidah: 72).
e. Kekal di dalam neraka.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya orang
kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam,
mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk”. (QS.
Al-Bayyinah: 6).
f. Syirik adalah dosa paling besar.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya Allah
tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni
dosa yang selain dari syirik itu. Bagi siapa yang mempersekutukan (sesuatu)
dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (QS.
An-Nisa: 116).
g. Perkara pertama yang diharamkan oleh Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang terjemahannya):
“Katakanlah: Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak
ataupun ter-sembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan
yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah
tidak menu-runkan hujjah untuk itu dan (meng-haram-kan) mengada-adakan terhadap
Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Araaf: 33).
h. Dosa pertama yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Lihat Quran surah Al-Anaam: 151.
Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu
oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak
kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa
yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
( Qs. Al-Anam )
i. Pelakunya adalah orang-orang najis (kotor) akidahnya.
Allah Ta’ala berfirman (yang terjemahannya): “Hai orang-orang
yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis”. (QS. At-Taubah: 28).
KESIMPULAN
Dosa-dosa besar merupakan segala
larangan yang berasal dari Allah maupun Rasul-Nya. Dosa-dosa besar sangat
banyak jumlahnya, diantaranya: syirik, durhaka terhadap kedua orang tua,
membunuh jiwa tanpa hak, saksi palsu, sihir, menuduh mukminat berzina, membunuh
anak karena takut miskin, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, lari
dari medan perang, berzina dengan istri tentang dan lainnya.
Dosa-dosa besar di atas yang merupakan
dosa dan kezhaliman yang paling besar serta yang paling berat hukumannya, yaitu
syirik. Allah telah mengharamkan surga bagi orang yang menyekutukan-Nya dan
telah disiapkan baginya neraka sebagai tempat kembali. Sesungguhnya tidak ada
penolong bagi orang-orang yang zhalim.
Selain itu, durhaka terhadap orang tua
juga merupakan dosa besar dan termasuk dosa yang membinasakan. Sudah sepatutnya
kita harus taat terhadap keduanya sesuai dengan syariat Islam.
Banyak lagi dosa-dosa besar yang harus
dihindari, karena berakibat buruk dan dapat membinasakan diri sendiri juga
orang lain selain yang telah disebutkan di atas. Setiap orang Islam yang
beriman wajib menghindarkan diri dari dosa-dosa besar tersebut, agar tidak
mendapat laknat dari-Nya. Karena Allah menjanjikan surga-Nya untuk orang-orang
yang menhindarkan diri dari padanya dan Allah menghadiahkan neraka-Nya untuk
orang-orang yang mengerjakannya.
Muhammad
Abdul Aziz al-Khauli mendefinisikan dosa besar sebagai dosa yang memiliki
kemudharatan yang sangat besar dan pengaruh negatifnya di masyarakat sangat
besar pula. Hal demikian disebabkan karena mafsadat dan ancamannya yang sangat
besar terhadap dosa-dosa tersebut. (Al-Khauli, tt: 112)