Pengantar Filsafat Pendidikan


Filsafat menurut asal katanya adalah “cinta akan kebenaran”, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu philos (cinta) dan shopia (kebenaran). Maksud dari “kebenaran” adalah kebenaran yang didasarkan atas penilaian menurut nalar manusia. Karena itu “kebenaran” menurut Plato dan Aristoteles adalah apabila “pernyataan yang dianggap benar itu bersifat koheren (sesuai dengan kaidah-kaidah berfikir/logis) atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya”. Socrates mengatakan berfalsafah merupakan cara berfikir yang radikal, menyeluruh dan mendasar.



Ada dua arti secara epistimologi dari istilah filsafat yang sedikit berbeda. Pertama, apabila istilah filsafat mengacu pada asal kata philien dan sophos, artinya mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (bijaksana dimaksudkan sebagai kata sifat). Kedua, apabila filsafat mengacu pada asal kata philos dan sophia, artinya adalah teman kebijaksanaan (kebijaksanaan dimaksudkan sebagai kata benda).

2.      Pengertian Filsafat Pendidikan
Berikut ini dikemukakan pengertian filsafat dalam kaitannya dengan pendidikan dari beberapa ahli pikir :
1.      John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa. Dari itu maka filsafat pendidikan juga dapat diartikan sebagai teori umum pendidikan.
John Dewey memandang bahwa ada hubungan yang erat antar filsafat dengan pendidikan. Oleh karena itu, tugas filsafat dan pendidikan seiring, yaitu sama-sama memajukan hidup manusia. Ahli filsafat lebih memperhatikan tugas yang berkaitan dengan strategi pembentukan manusia, sedangkan ahli pendidikan lebih memperhatikan taktik (cara) agar strategi itu menjadi terwujud dalam kehidupan sehari-hari melalui proses pendidikan.
2.      Van Cleve Morris menyatakan, “secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya bukan alat sosial semata untuk mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, tetapi ia juga menjadi agen (lembaga) yang melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangan mencapai hari depan lebih baik”.
Jadi, dilihat dari tugas dan fungsinya, pendidikan harus dapat menyerap, mengolah dan menganalisa serta menjabarkan aspirasi dan idealitas masyarakat. Pendidikan harus mampu mengalihkan dan menanamkan aspirasi dan idealitas masyarakat itu ke dalam jiwa generasi penerusnya. Untuk itu pendidikan harus menggali dan memahaminya melalui pemikiran filosofis secara menyeluruh, terutama tentang problemanya.
3.      Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Touny Al-Syaebani menyebutkan filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut dengan pendidikan.
4.      M. Arifin M. Ed mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adalah upaya memikirkan permasalahan pendidikan.
5.      Ali Khalil Abu Al-Ainain mengemukakan bahwa filsafat pendidikan adalah upaya berfikir filosofis tentang realitas kependidikan dalam segala lini, sehingga melahirkan teori-teori pendidikan yang berguna bagi kemajuan aktivitas pendidikan itu sendiri.
Maka dengan demikian, filsafat pendidikan adalah filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan yang akhirnya melahirkan pemikiran tentang pendidikan. Oleh karena ada kaitan dengan pendidikan, filsafat diartikan sebagai teori pendidikan.

3.      Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat pendidikan islam adalah pengetahuan yang membahas segala persoalan yang menyangkut kependidikan yang bersumber pada ajaran Islam, dengan maksud memperoleh jawaban, dan selanjutnya dipergunakan sebagai arah pelaksanaan dan pengembangan pendidikan Islam agar berdampak positif bagi kehidupan umat Islam.
Filsafat Pendidikan Islam secar struktural merupakan bagian dari filsafat Islam dan secar fungsional tidak terlepas dari pendidikan Islam, mempunyai peran dan tujuan tertentu yang terkait dengan Islam sebagai sistem agama yang universal. Tujuan dan peranan filsafat pendidikan Islam, setidaknya diarahkan pada dua sisi. Pertama, pengembangan konsep-konsep filosofis tentang pendidikan Islam yang implikasinya menghasilkan teori-teori baru yang akan dikembangkan ilmu pendidikan Islam. Kedua, yaitu perbaikan dan pembaruan serta pengembangan pelaksanaan pendidikan Islam.
Secara keseluruhan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Filsafat Pendidikan Islam adalah upaya berpikir filosofis dalam mengubah tingkah laku individu dengan proses bimbingan terhadap rohani dan jasmani dalam kehidupan pribadi atau masyarakat dan alam sekitarnya melalui proses pendidikan dengan dilandasi nilai-nilai Islam yang bersumber pada ajaran Islam.
Sederhananya Filsafat Pendidikan Islam adalah upaya berpikir filosofis tentang realitas kependidikan yang bersumber pada ajaran Islam.
A.    Ontologi Pendidikan Islam
Ontologi Pendidikan Islam membahas hakikat substansi dan pola organisasi pendidikan Islam. Secara ontologis, Pendidikan Islam adalah hakikat dari kehidupan manusia sebagai makhluk berlakal dan berfikir. Jika manusia bukan makhluk yang berfikir, tidak ada pendidikan. Selanjutnya pendidikan sebagai usaha pengembangan diri manusia, dijadikan alat untuk mendidik.
Kajian ontologi ini tidak dapat dipisahkan dengan Sang Pencipta. Allah telah membekalkan beberapa potensi kepada kita untuk berfikir.
Dengan demikian secara ontologis pemahaman terhadap pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dengan Allah selaku Pencipta manusia. Karena pendidikan Islam ditujukan pada terbentuknya kepribadian Muslim yang dapat memenuhi hakikat penciptaannya, yakni menjadi Pengabdi Allah.
B.     Epistimologi Pendidikan Islam
Epistimologi diperlukan antara lain dalam hubungan dengan penyusunan dasar-dasar kurikulum. Kurikulum yang lazim diartikan sebagai sarana untuk mencapai pendidikan. Menurut Imam Barnadib, di sini terlihat hubungan antara kurikulum dengan tujuan pendidikan. Dengan demikian penyusunan kurikulum sepenuhnya diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri.
Epistimologi pendidikan Islam membahas seluk beluk dan sumber-sumber pendidikan Islam. Pendidikan Islam bersumber dari Allah SWT. Hukum-hukum yang diciptakan Allah pun dapat dipahami dengan berbagai metode dan pendekatan. Pendidikan Islam merujuk pada nilai-nilai Al-Qur’an yang universal dan abadi, serta didukung oleh hadits Nabi Muhammad SAW.
Ketiga kata kunci tentang Pendidikan Islam di atas disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits berikut :
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Malaikat, lalu berfirman : Sebutkanlah kepada-Ku jika kamu memang orang-orang yang benar.” (Al-Baqarah : 31)
“Wahai Tuhanku kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di masa kecil.” (Al-Isra’ : 24)
Hadits Nabi Muhammad SAW : “Aku dididik oleh Tuhanku (addabani Rabbi), maka dia memberikan kepadaku sebaik-baik pendidikan (fa ahsana ta’dibi).
Selanjutnya objek material Filsafat Pendidikan Islam yaitu segala hal yang berkaitan dengan usaha manusia untuk menciptakan kondisi yang memberikan peluang berkembangnya kecerdasan dan kepribadian melalui pendidikan. Objek formalnya yaitu usaha yang rasional, mendasar, general, dan sistematis dalam mengembangkan kecerdasan dan kepribadian melalui pendidikan.
Untuk lebih jelasnya, objek materi ilmu pendidikan Islam yaitu anak didik. Sedangkan objek formalnya ialah perbuatan mendidik yang membawa anak ke arah tujuan pendidikan Islam. Sehingga secara epistimologi, Kurikulum pendidikan Islam harus merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits. Antara lain sebagai berikut :
1.      Larangan mempersekutukan Allah
2.      Berbuat baik kepada orang tua
3.      Memelihara, mendidik, dan membimbing anak sebagai tanggung jawab terhadap amanat Allah
4.      Menjauhi perbuatan keji dalam bentuk sikap lahir batin
5.      Menjauhi permusuhan dan tindakan tercela
6.      Menyantuni anak yatim
7.      Tidak melakukan perbuatan di luar kemampuan
8.      Berlaku jujur dan adil
9.      Menepati janji dan menunaikan perintah Allah
10.  Berpegang teguh kepada ketentuan hukum Allah.
Sumber-sumber yang menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk yang dapat menerima pelajaran dari Tuhan tentang apa yang tidak diketahuinya ada pada surat Al-Alaq : 1-5.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki kemampuan mengatur waktu (QS. Al-Ashr : 1-3).
Manusia mendapat bagian dari apa yang telah dikerjakannya (QS. An-Najm : 39).
Manusia sebagai makhluk yang memiliki keterkaitan dengan moral dan sopan santun (QS. Al-Ankabut : 8).
Tujuan pendidikan Islam adalah menciptakan manusia yang baik dan benar, yang berbakti kepada Allah dalam pengertian yang sebenarnya, membangun struktur kehidupan di dunia ini dengan hukum, dan menjalankan kehidupan tersebut sesuai dengan iman yang dianut. Makna berbakti dalam islam bersifat luas dan menyeluruh. Berbakti tidak hanya terbatas pada pelaksanaan fisik religius saja, melainkan mencangkup aspek kegiatan : iman, perasaan, dan karya sesuai dengan yang dikatakan oleh Allah dalam kitab suci Al-Qur’an: Aku telah menciptakan jin dan manusia hanya untuk berbakti kepada-Ku dan katakanlah ya Tuhanku, do’aku, pengorbananku, dan kematianku adalah demi Allah, Tuhan semesta alam yang tidak terbandingkan.

C.    Aksiologi Pendidikan Islam
Aksiologi adalah teori tentang nilai. Teori yang membahas tentang nilai, manfaat atau fungsi sesuatu yang diketahui tersebut dalam hubungan dengan seluruh yang diketahui tersebut. Dalam pendidikan, teori nilai ini terkait dengan jawaban atas pertanyaan seperti nilai yang bagaimanakah yang dikehendaki oleh manusia dan yang dapat digunakan sebagai dasar hidupnya (Imam Barnadib).
Kajian aksiologi dalam sistem pendidikan Islam diarahkan pada suatu perumusan nilai akhlak. Rumusan-rumusan nilai yang dijadikan rujukan atau pedoman sikap dan prilaku. Ajaran Islam merupakan perangkat sistem nilai yaitu pedoman hidup secara Islami, sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Aksiologi Pendidikan Islam berkaitan dengan nilai-nilai, tujuan, dan target yang akan dicapai dalam pendidikan Islam. Nilai-nilai tersebut harus dimuat dalam kurikulum pendidikan Islam, di antaranya :
1.      Mengandung petunjuk Akhlak
2.      Mengandung upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di bumi dan kebahagiaan di akhirat
3.      Mengandung usaha keras untuk meraih kehidupan yang baik
4.      Mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat.
Menurut Abuddin Nata tujuan pendidikan Islam adalah untuk mewujudkan manusia yang shaleh, taat beribadah dan gemar beramal untuk tujuan akhirat.
Muhammad Athiyah al-Abrasy mengatakan tujuan pertama dan tertinggi dari pendidikan Islam adalah kehalusan budi pekerti dan pendidikan jiwa.
Islam menghendaki agar  manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup manusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariat : 56).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pendidikan Islam adalah untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Dengan Pendidikan Islam, diharapkan lahir individu-individu yang baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, negara dan uma manusia secara keseluruhan. Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Beberapa indikator dari tercapainya tujuan pendidikan islam dapat dibagi menjadi tiga tujuan mendasar, yaitu:
1.      Tercapainya anak didik yang cerdas. Ciri-cirinya adalah memiliki tingkat kecerdasan intelektualitas yang tinggi sehingga mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun membantu menyelesaikan masalah orang lain yang membutuhkannya.
2.      Tercapainya anak didik yang memiliki kesabaran dan kesalehan emosional, sehingga tercermin dalam kedewasaan menghadapi masalah di kehidupannya
3.      Tercapainya anak didik yang memiliki kesalehan spiritual, yaitu menjalankan perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW dengan melaksanakan rukun Islam yang lima dan mengejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya menjalankan shalat lima waktu, menjalankan ibadah puasa, menunaikan zakat, dan menunaikan haji ke Baitullah.