Sistem berasal dari bahasa Yunani systema, yang berarti sehimpunan bagan
atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu
keseluruhan . Istilah sistem adalah suatu konsep yang abstrak. Definisi
tradisional menyatakan bahwa sistem adalah seperangkat komponen atau
unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai satu tujuan.
Zahara Idris (1987) mengemukakan bahwa sistem adalah kesatuan yang
terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai
sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak sekadar
acak, yang saling membantu untuk mencapai suatu hasil (produk). Sebagai contoh,
tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen,
antara lain jaringan daging, otak, urat-urat darah, syaraf, dan tulang-tulang.
Setiap komponen-komponen itu mempunyai fungsi-fungsi sendiri (fungsi yang
berbeda-beda) dan satu sama lain saling berkaitan sehingga merupakan suatu
kesatuan yang hidup. Dengan kata lain, semua komponen itu berinteraksi
sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Dari dini
dapat dikatakan bahwa system kependidikan merupakan perangkat sarana yang
terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lain dalam rangka
melaksanakan proses pembudayaan masyarakat yang menumbuhkan nilai-nilai yang
sama sebangun dengan cita-cita yang diperjuangkan oleh masyarakat itu sendiri.
Sistem pendidikan pada hakikatnya adalah seperangkat sarana yang dipolakan
untuk membudayakan nilai-nilai budaya masyarakat yang dapat mengalami
perubahan-perubahan bentuk dan model sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup
masyarakat dalam rangka mengejar cita-cita hidup yang sejahtera lahir maupun
batin.
Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan.
Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unsur pokok, yaitu unsur masukan, unsur
proses usaha itu sendiri, dan unsur hasil usaha. Hubungan ketiga unsur itu
dapat digambarkan sebagai berikut Proses Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan berbagai
ciri-ciri yang ada pada diri peserta didik itu (antara lain bakat, minat,
kemampuan, keadaan jasmani,). Dalam proses pendidikan terkait berbagai hal,
seperti pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode mengajar, dan
lain-lain, sedangkan hasil pendidikan dapat meliputi hasil belajar (yang berupa
pengetahuan, sikap, dan keterampilan) setelah selesainya suatu proses belajar
mengajar tertentu. Dalam rangka yang lebih besar, hasil proses pendidikan dapat
berupa lulusan dari lembaga pendidikan (sekolah) tertentu.Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan (1979) menjelaskan pula bahwa, “Pendidikan merupakan suatu
sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan/sasaran pendidikan, peserta didik,
pengelola pendidikan, struktur/jenjang. Kurikulum dan peralatan/fasilitas. P.H.
Combs (1982) mengemukakan dua belas komponen pendidikan seperti berikut:
a. Tujuan dan Prioritas
Fungsinya mengarahkan kegiatan sistem. Hal ini merupakan informasi
tentang apa yang hendak dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan
pelaksanaannya.
b.Peserta Didik
Fungsinya ialah belajar. Diharapkan peserta didik mengalami proses
perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan umum pendidikan.
c.Manajemen atau Pengelolaan
Fungsinya mengkoordinasikan, mengarahkan, dan menilai sistem
pendidikan. Komponen ini bersumber pada sistem nilai dan cita-cita yang
merupakan informasi tentang pola kepemimpinan dalam pengelolaan sistem
pendidikan.
d.Struktur dan Jadwal Waktu
Fungsinya mengatur pembagian waktu dan kegiatan.
e.Isi dan Bahan Pengajaran
Fungsinya untuk menggambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran
yang harus dikuasai peserta didik.
f.Guru dan Pelaksana
Fungsinya menyediakan bahan pelajaran dan menyelenggarakan proses
belajar untuk peserta didik.
g. Alat Bantu Belajar
Fungsinya untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan yang
lebih menarik dan lebih bervariasi.
h.Fasilitas
Fungsinya untuk tempat terselenggaranya proses pendidikan.
i.Teknologi
Fungsinya memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses
pendidikan. Yang dimaksud dengan teknologi ialah semua teknik yang digunakan
sehingga sistem pendidikan berjalan dengan efisien dan efektif.
j. Pengawasan Mutu
Fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan.
k.Penelitian
Fungsinya untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
penampilan sistem pendidikan.
l.Biaya
Fungsinya melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk
tentang tingkat efesiensi sistem pendidikan.
Pendidikan sebagai suatu sistem dapat pula digambarkan dalam
bentuk model dasar input-output berikut ini.Segala sesuatu yang masuk dalam
sistem dan berperan dalam proses pendidikan disebut masukan pendidikan.
Lingkungan hidup menjadi sumber masukan pendidikan. Faktor-faktor yang
berpengaruh dalam pendidikan diantaranya: filsafat negara, agama, sosial,
kebudayaan, ekonomi, politik, dan demografi. Ketujuh faktor ini merupakan supra
sistem pendidikan.Jadi, pendidikan sebagai suatu sistem berada bersama, terikat,
dan tertenun di dalam supra sistemnya yang terdiri dari tujuh sistem tersebut.
Berarti membangun suatu lembaga pendidikan baru atau memperbaiki lembaga
pendidikan lama, tidak dapat memisahkan diri dari supra sistem tersebut.
FAKTOR-FAKTOR (SUPRASISTEM) YANG MEMPENGARUHI PEDIDIKAN
Sebagimana telah dikemukakan, pendidikan dikatakan sebagai sistem
terbuka karena tidak mungkin sebuah sistem pendidikan dapat melaksanakan
fungsinya dengan baik apabila pendidikan itu tidak menjalin hubungan dengan
lingkungannya (supra sistemnya) terlebih lagi bila jika pendidikan itu
mengisolasi diri dari lingkungannya. Pendidikan itu ada di tengah-tengah
masyarakat dan ia adalah milik masyarakat. Pendidikan merupakan tanggung jawab
pemerintah/ sekolah, orang tua, dan masyarakat.Oleh karena keberadaan
pendidikan yang seperti itu maka apa yang berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat akan berpengaruh pula terhadap pendidikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan adalah sebagai berikut:
1.Filsafat negara
2.Agama
3.Sosial
4.Budaya
5.Ekonomi
6.Politik
7.Demografi
Ketujuh faktor tersebut merupakan supra sistem dari sistem
pendidikan. Pendidikan sebagai suatu sistem berada bersama, terikat, dan berada
dalam tekanan supra sistemnya. Pendidikan tidak mungkin selalu mendahului gerak
ketujuh sistem yang berada dilingkungannya. Namun demikian, jika pendidikan
hanya menyesuaikan diri atau menjadi pengikut setia dari supra sistem atau
faktor-faktor tersebut maka pendidikan akan selalu berada di belakang tanpa
kreativitas dan tanpa inisiatif apapun. Oleh karena itu, di samping mengikuti
kemauan atau tekanan faktor-faktor yang ada dalam lingkungannya, pendidikan
hendaknya dapat melakukan antisipasi terhadap arah gerak faktor-faktor luar
atau supra sistemnya. Antisipasi ini dapat menjadi dasar untuk mengadakan
pembaharuan di dalam tubuh pendidikan itu sendiri. Dengan demikian pendidikan
tampak memiliki kreasi dan inisiatif yang bisa ditunjukkan kepada faktor-faktor
luar (supra sistemnya) dan sekaligus dapat berfungsi sebagai mercusuar terhadap
lingkungannya sehingga pendidikan dapat menjadi penerang, contoh, dan teladan
bagi lingkungannya.
ANALISIS SISTEM DALAM PENDIDIKAN
Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk
memaksimalkan pencapaian tujuanpendidikan secara efektif dan efisien. Prinsip
utama penggunaan analisis sistem dipersyaratkan dalam menangani permasalahan
pendidikan agar para pelaksana pendidikan berpikir secara sistematis, yakni
memperhitungkan segenap komponen pendidikan dalam menangani permasalahan
pendidikan. Cara demikian diperlukan agar setelah melihat adanya suatu
alternatif tidak terburu-buru mengambil keputusan dengan menganggap atau
menetapkan bahwa alternatif tersebut merupakan satu-satunya yang dapat
digunakan. Jika seorang guru mendapati siswanya sering tidak hadir, tidak
seharusnya sang guru langsung menetapkan pemecahan masalah dengan hukuman
karena siswa tersebut dianggap pemalas. Anggapan bahwa hukuman tersebut
merupakan satu-satunya cara atau alternatif yang paling ampuh disertai
pelaksanaan hukuman yang terkesan terburu-buru, maka cara pemecahan masalah
yang demikian itu sangatlah tidak bijaksana karena tidak didasarkan pada cara
pemecahan masalah yang sistematis. Guru yang menempuh pendekatan sistematis
(menyeluruh, terstruktur, teratur, dan terukur) baru mengambil keputusan
setelah lebih dulu melacak semua hal yang diperkirakan menjadi penyebab
terjadinya suatu masalah atau peristiwa. Terkait dengan permasalahan tersebut,
patut diduga bahwa siswa yang bersangkutan memang benar-benar pemalas (komponen
murid), atau ada guru yang tidak disukainya sehingga menimbulkan keengganan
untuk belajar (komponen guru), atau ada sejumlah mata pelajaran tidak disukai
sehingga enggan mempelajarinya (komponen kurikulum), atau karena ada
sebab-sebab lain yang terdapat di lingkungan sekolah sehingga menimbulkan
keengganan untuk hadir dan belajar di sekolah.
Semua hal sebagaimana tersebut patut diduga dan perlu ditelusuri
agar guru dapat mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan porsi dan
proporsinya dalam mengmbil tindakan untuk memecahkan masalah. Misalnya saja,
jika dari penelusuran ditemukan bahwa penyebab ketidkhadiran siswa adalah
tugas-tugas rumah tangga yang terlalu banyak dari keluarga di mana siswa
menumpang, maka pemecahan masalah yang tepat tidak dengan hukuman melainkan
melakukan pendekatan kepada keluarga yang ditumpangi siswa dan memberikan
pengertian agar keluarga tersebut memberikan waktu yang cukup untuk belajar
kepada siswa yang bersangkutan.
Gambaran sebagaimana tersebut di atas menunjukkan bahwa untuk
dapat memecahkan masalah pendidikan, berbagai komponen dalam pendidikan perlu
dikenali secara tuntas agar dapat ditemukan komponen mana yang bermasalah dan
perlu dibenahi atau dikembangkan sehingga segenap komponen dapat berfungsi
secara maksimal. Bila semua komponen sudah baik, mungkin saja hubungan antar
komponen yang bermasalah. Jika demikian halnya, maka yang perlu diperbaiki
adalah hubungan antar komponen, sementara itu komponen-komponennya sendiri
belum memerlukan perbaikan. Jika tujuan sistem tidak tercapai sepenuhnya, maka
hal-hal yang perlu diusahakan antara lain; menemukan komponen yang mengandung
kelemahan, menemukan hubungan antar komponen yang mengandung kelemahan, dan
memperbaiki komponen atau hubungan antar komponen yang mengandung kelemahan.
Demikian inilah cara berfikir sistematis dalam memecahkan masalah, dan inilah
arti efisiensi serta efektifitas analisis sistem.
Dalam situasi tertentu, bukanlah hal yang mustahil jika analisis
sistem terhadap permasalahan pendidikan membuahkan keputusan tentang perlunya
dilakukan perombakan sistem secara total. Misalnya, jika komponen-komponen
pokok sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan umum situasi dan hubungan antar
komponen tidak lagi berjalan dengan baik. Dalam situasi seperti ini secara
keseluruhan sistem harus diganti karena perbaikan terhadap komponen-komponen
tertentu akan berarti pemborosan yang amat sangat.
Penggunaan analisis sistem merupakan strategi yang sangat baik
untuk memecahkan berbagai permasalahan pendidikan. Analisis sistem tidak sja
berguna untuk memecahkan permasalahan pendidikan yang bersifat mikro meleinkan
juga sangat berguna ntuk memecahkan permasalahan pendidikan yang bersifat
makro.