Pentingnya Konseling Dunia Kerja

Bimbingan dan Konseling merupakan kajian yang tidak tanpa pondasi seperti rumah yang harus memiliki pondasi-pondasi kokoh agar tujuan dari pembangunan rumah itu tercapai.Bimbingan dan Konseling sebagai suatu kajian psikologi pendidikan harus dilandasi pondasi-pondasi yang kuat agar tujuan konseling klinis dan konseling berkembang tercapai. Buka saja mencapai tujuan terebut diatas, namun lebih dari ketahanan Bimbingan dan Konseling dalam prosesnya menjalankan tugas-tugas profesi. Sebuah rumah yang kokoh tentu menciptakan kesan nyaman bagi pemiliknya karena mereka merasa pondasi rumah mereka tidak akan membahayakan atau mancelakakan mereka. Bahkan lebih jauh lagi pondasi tersebut akan menimbulkan rasa percaya atau legitimasi bahwa sebuah rumah dapat menghindarkan pemiliknya dari panas, hujan, angin, dan sebagainya. sehingga kualitas hidup mereka lebih baik daripada mereka yang rumahnya tidak memiliki pondasi yang kokoh. Begitu juga Bimbingan danKonseling, sama halnya rumah yang memiliki pondasi yang kokoh, Bimbingan dan Konseling sebagai salah atu program profesi dan kependidikan harus menjawab pertanyaan ilmiah sebagaimana rumah memberikan rasa nyaman pada pemiliknya. Bimbingan dan Konseling seyogyanya dapat menjadi sahabat siswa (Kependidikan) atau seorang konselor yang membuat klien nyaman dalam proses bimbingannya.

Picture By http://arteri.id/

1. Definisi Konseling

Daniel (1956) menjelaskan bahwa konseling adalah suatu pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kapadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan lingkungan. Smith (dalam Shertzer & Stone,1974) menjabarkan  bahwa konseling merupakan suatu proses dimana konselor membantu konseli membuat interprestasi-interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengn pilihan,rencana,atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuat.

Berdnard & Fullmer (1969) menjelaskan konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan,motivasi,dan potensi-potensi yang yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketiga hal tersebut.

Winkell (2005), mengemukakan bahwa konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli / klien secara tatap muka langsung dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap bebagai persoalan atau masalah khusus maka masalah yang dihadapi oleh klien dapat teratasi semuanya.

Prayitno & Amti (2004) menjelaskan definisi konseling sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.

2. Peran Konseling

Konseling merupakan pertukaran ide-ide dan perasaan antara 2 orang (konselor dan konselee) dalam rangka memberikan bantuan untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal, agar individu dapat memecahkan masalahnya sendiri dan agar individu dapat mengadakan adjustment dengan baik.

Bertujuan memajukan kesehatan mental yang baik bagi karyawan, yaitu :

a.         Merasa nyaman dengan dirinya sendiri.

b.         Pandangan yang obyektif tentang orang lain.

c.         Dapat memenuhi kebutuhan hidup.

3. Tujuan dan Fungsi Konseling

Manusia tidak terlepas dari berbagai masalah dan menghendaki terlepas dari masalah yang dihadapinya. Masalah karyawan bervariasi (menjelang pensiun, promosi, demosi, konflik, stres, dsb). Dengan konseling diharapkan karyawan dapat menyalurkan perasaan-perasaannya sehingga dapat bekerja secara efektif.

 

a)     Memberi nasihat dan petunjuk (Advise)

Konselor membuat keputusan-keputusan tentang masalah konselee dan menunjukkan tindakan apa yang harus diambil. Hindari ketergantungan konselee pada konselor.

 

b)     Memberi keyakinan (Reassurance)

Memberi keyakinan dengan cara memberi keberanian untuk menyelesaikan masalah atau memberi rasa percaya diri sehingga yakin akan tujuan dan tindakannya.

 

c)      Mengembangkan komunikasi

Karyawan lebih berani mengemukakan perasaan, komunikasi atasan bawahan semakin lancar (insight pada konselee).


d)     Menurunkan tegangan

Dengan katarsis (mendiskusikan) masalah pada orang yang dipercaya, ketegangan emosi menurun. Memindahkan keterpakuan mental, membuat mereka dapat menghadapi masalah kembali dan berpikir konstruktif tentang masalah tersebut.

 

e)     Menjernihkan Pikiran

Pegawai yang mengalami blocking  emosional, dapat kembali berpikir secara terarah.

 

f)       Reorientasi diri

Perubahan diri secara praktis akan menolong konselee mengenali dan menerima keterbatasan mereka.

4. Tipe-Tipe Konseling

a). Directive Counseling (Conselor Centered)

Konselor memutuskan apa yang harus dilakukan, memberitahu dan memotivasi untuk melakukan hal-hal tertentu (terpusat pada konselor, dia yang lebih aktif dan otoriter).

b). Non Directive Counseling (counselee centered)

Konselee dapat membuat keputusan, pemecahan dari konselee, konselor menumbuhkan insight, dapat lebih mendewasakan konselee.

c). Participative Counseling

Kedua belah pihak berpartisipasi saling mengembangkan pemecahan masalahnya. Ada kerjasama yang kooperatif (diskusi bersama).

5. Konseling di Dunia Kerja

a). Penempatan Kerja

Pelayanan penempatan memberikan bantuan bagi para pencari kerja dengan menyediakan berbagai informasi tentang pekerjaan, analisis pekerjaan, serta aspek kognitif, afektif dan psikomotorik penempatan kerja lainnya. Dari pihak lembaga kerja, peranan konselor adalah membantu perusahaan memperolah tenaga kerja yang cocok dengan keperluan dengan keperluan perusahaan sesuai dengan jenis, strata, dan struktur pekerjaan yang ada di perusahaan itu. Dipandang dari pihak pencari kerja dan pengusaha, konselor berusaha membangun suasana the right man on the right place, menempatkan pekerja secara tepat sesuai dengan kondisi pribadinya, bakat, minat, serta bidang keahliannya. Layanan penempatan seperti ini juga berlaku bagi para pekerja yang menempati posisi baru dalam struktur atau penjajagan yang ada.

b). Penyesuaian Kerja

Kepada para pekerja pemula konselor memberikan layanan orientasi. Para pemula itu perlu mendapat persepsi yang tepat, wawasan yang memadai dan cara-cara yang akurat tentang bidang kerja yang baru dijabat itu. Tema utama bidang pelayanan ini adalah Penyesuaian diri secara tepat dan cepat  terhadap tuntutan kinerja di tempat yang baru. Penyesuaian yang seperti ini akan memberikan jaminan awal tentang keberhasilan kerja para pemula itu.  

c). Kepuasan Kerja

Keadaan yang diharapkan adalah para pekerja merasa senang bekerja, merasa kerasan dan puas dengan kondisi yang ada. Kondisi ini akan mengantarkan para pekerja itu bertugas lebih lanjut dengan semangat yang cukup tinggi bahkan semakin tinggi. Keadaan ketidak puasan yang menimpa para pekerja dan pemula, perlu diberikan bantuan layanan konseling untuk mengembalikan semangat kerja dan sikap positif terhadap pekerjaan mereka itu.

d). Kepindahan Kerja

Kepindahan para pekerja tidak hanya di latar belakangi oleh faktor ketidak puasan dengan pekerjaan yang lama, ada kemungkinan mereka ingin pindah karena ingin memperolah pengalaman baru atau alasan-alasan lainnya. Apapun alasannya, proses pemindahan kerja itu sering kali memerlukan bantuan konseling baik untuk penempatan maupun penyesuaian.  

e). Pengentasan Masalah Lainnya

Masalah-masalah pribadi berkenaan denga keluarga, kesehatan, sikap, dan kebiasaan sehari-hari, hoby dan waktu senggang, hubungan sosial kemasyarakatan, dan lain sebagainya merupakan obyek penggarapan konseling. Apabila masalah-masalah ini dibiarkan membesar, sedikt banyaknya akan mempengaruhi hubungan kerja dan kinerja pekerja yang bersangkutan dengan perusahaannya. Sebaliknya apabila masalah-masalah pribadi tersebut dapat ditangani dengan baik, dampak positifnya terhadap hubungan kerja dan kinerja pekerja yang dimaksud akan dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.

Posting Komentar

0 Komentar