MAKALA
Filsafat pendidikan islam
PEMIKIRAN FILOSOFIS
TENTANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah swt, yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas/
makalah ini dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa kita sanjungkan kepada
Nabi kita Muhammad saw. Yang telah mengangkat derajat ummatnya dari zaman
kezahiliyaan hingga zaman yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan
saat ini.
Terima kasih kami ucapkan pada pada
dosen pembimbing yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan pada kelompok
kami yaitu Dr.Zainal Efendi Hasibuan,MA.Sebagai dosen pengampuh mata kuliah
Tarjamah 1, dan tidak lupa kami sampaikan rasa terimakasih kami kepada teman
teman yang senantiasa memberikan masukan, dorongan dan inspirasi sehingga
makalah ini tersusun dengan baik dengan judul “PEMIKIRAN
FILOSOFIS TENTANG METODE PEMBELAJARAN ”.
Kami berusaha semaksimal mungkin untuk menulis makalah ini
dengan baik agar bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pada kelompok kami
pada khususnya, yang nantinya dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita.
Namun, Kami sadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan
minimnya ilmu yang kami miliki. Maka kami sebagai penulis makalah ini menerima
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk menindak lanjuti makalah ini
dikemudian hari agar lebih sempurna.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
KATA PAENGANTAR
··········································································· ······ i
DAFTAR ISI ························································································ ····· ii
LATAR BELAKANG ············································································· ···· iii
RUMUSAN MASALAH
·········································································· ···· iv
TUJUAN ···························································································· ···· iv
BAB II
PEMBAHASAN ··········································································
A.
HAKIKAT METODE PENDIDIKAN ISLAM ······································
a.
Pengertian metode ···································································
b. Asas Metode
Pendidikan Islam····················································
c.
Karakteristik Metode Pendidikan Islam ·········································
d.
Macam-macam Metode dalam Pendidikan Islam ······························
B.
PENYEBAB
LEMAHNYA UMAT ISALAM DALAM METODOLOGI YANG MENGAKIBATKAN KEMUNDURAN UMAT ISLAM ...................................................................
a.
Surutnya Ijtihad ······································································
b.
Kekaburan Thariqah Islamiyah ···················································
c.
Kekaburan
Relasi Fikrah-Thariqah ···············································
BAB III PENUTUP ················································································
KESIMPULAN ·····················································································
SARAN ······························································································
DAFTAR PUSTAKA ··············································································
A.
Latar Belakang Masalah
Tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan “aththariqah ahammu
minal maddah”, bahwa metode jauh lebih penting dibanding materi, karena sebaik
apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat, tujuan
tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan
mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak.
Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara
cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan
dapat memuaskan.Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan wahyu Allah
kepada para sahabatnya bisa kita teladani, karena Rasul saw. sejak awal sudah
mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya.
Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan
ajaran Islam.
Rasulullah saw sangat memperhatikan situasi, kondisi
dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan
baik. Rasulullah saw. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang,sehingga
beliau mampu menjadikan mereka suka cita,baik meterial maupun spiritual,beliau
senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syari’at-Nya.
A.
RUMUSAN MASALAH
1.
APA ITU HAKIKAT METODE PENDIDIKAN ISLAM ?
a.
Apa Pengertian metode ?
b. Apa Asas Metode
Pendidikan Islam?
c.
Apa Karakteristik Metode Pendidikan Islam ?
d.
Apa Macam-macam Metode dalam Pendidikan Islam ?
2.
APA
PENYEBAB LEMAHNYA UMAT ISALAM DALAM METODOLOGI YANG MENGAKIBATKAN KEMUNDURAN
UMAT ISLAM ?
a.
Apa Surutnya Ijtihad ?
b.
Apa Kekaburan Thariqah Islamiyah ?
c.
Apa Kekaburan Relasi Fikrah-Thariqah ?
B.
TUJUAN
1.
MEMAHAMI APA ITU HAKIKAT METODE PENDIDIKAN ISLAM
a. Memahami Apa
Pengertian metode
b. Memahami Apa
Asas Metode Pendidikan Islam
c. Memahami Apa
Karakteristik Metode Pendidikan Islam
d. Memahami Apa
Macam-macam Metode dalam Pendidikan Islam
2.
APA
PENYEBAB LEMAHNYA UMAT ISALAM DALAM METODOLOGI YANG MENGAKIBATKAN KEMUNDURAN
UMAT ISLAM
a.
Memahami Apa Surutnya Ijtihad
b.
Memahami Apa Kekaburan Thariqah Islamiyah
Memahami Apa Kekaburan
Relasi Fikrah-Thariqah
BAB II
PEMIKIRAN FILOSOFIS TENTANG METODE PEMBELAJARAN
A.
HAKIKAT METODE
PENDIDIKAN ISLAM
a.
Pengertian
Metode
Kata metode
berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal dari dua suku
perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui dan hodos berrti “jalan”
atau “cara”.Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang
berarti langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Sedangkan dalam bahasa Inggris metode disebut method yang berarti
cara dalam bahasa Indonesia. Sedangkan menurut terminologi (istilah) para ahli
memberikan definisi yang beragam tentang metode, terlebih jika metode itu sudah
disandingkan dengan kata pendidikan atau pengajaran diantaranya :
ü Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di
dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
ü Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan
tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.
ü Ramayulis mendefinisikan
bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan
hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Dengan demikian metode mengajar merupaka alat untuk menciptakan proses
pembelajaran.
ü Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala
kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka
kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, cirri-ciri perkembangan
muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk
mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada
tingkah laku mereka.
Berdasarkan
definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian metode di atas,
beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah :
v Adanya tujuan yang hendak dicapai
v Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan
v Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung
v Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.
Ada istilah lain yang dalam pendidikan yang mengandung
makna berdekatan dengan metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi.
Pendekatan merupakan pandangan falsafi terhadap subject matter yang harus
diajarkan dapat juga diartikan sebagai pedoman mengajar yang bersifat
realistis/konseptual. Sedangkan teknik/strategi adalah siasat atau cara
penyajian
Yatim, Badri.
2006. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada,hal.45
Drs. Hasbullah.
1999. Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,hal.67
yang dikuasai
pendidik dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di
dalam kelas, agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik.
a.
Asas Metode
Pendidikan Islam
Dalam
penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau
social peserta didik dan pendidik itu sendiri.Untuk itu dalam menggunakan
metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umummetode pendidikan
Islam.Sebab metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan
pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah
mengacu pada asas-asas/dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Asas metode
pendidikan Islam itu diantaranya adalah:
Asas Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah
berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan
Hadits.Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh
pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan
efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
Asas Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam
perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang,
maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya.Untuk itu dalam
menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan
perkembangan biologis peserta didik.
Asas
Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan
yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan
internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh
Karenanya Metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila
didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya.Untuk itu
seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh
pada peserta didik.Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
Asas sosiologis.Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik
dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik,
atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus
memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang
digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal
ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat asas di
atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus diperhatikan
oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak
mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi
biologis, kondisi psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.
b.
Karakteristik
Metode Pendidikan Islam
Muzayyin
Arifin. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara,hal.53
Diantara
karakteristik metode pendidikan Islam: Keseluruhan proses penerapan metode
pendidikan Islam, mulai dari pembentukannya, penggunaannya sampai pada
pengembangannya tetap didasarkan pada nilai-nilai asasi Islam sebagai ajaran
yang universal.
Proses
pembentukan, penerapan dan pengembangannya tetap tidak dapat dipisahkan dengan
konsep al-akhlak al-karimah sebagai tujuan tertinggi dari pendidikan Islam
ü Metode pendidikan Islam bersifat luwes dan fleksibel dalam artian
senantiasa membuka diri dan dapat menerima perubahan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang melingkupi proses kependidikan Islam tersebut, baik dari segi
peserta didik, pendidik, materi pelajaran dan lain-lain.
ü Metode pendidikan Islam berusaha sungguh-sungguh untuk
menyeimbangkan antara teori dan praktik.
ü Metode pendidikan Islam dalam penerapannya menekankan kebebasan
peserta didik untuk berkreasi dan mengambil prakarsa dalam batas-batas
kesopanan dan akhlak karimah.
ü Metode pendidikan Islam dalam penerapannya berupaya menciptakan
situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi terciptanya interaksi edukatif yang
kondusif .
ü Metode pendidikan Islam merupakan usaha untuk memudahkan proses
pengajaran dalam mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
a.
Macam-macam
Metode dalam Pendidikan Islam
Sebagai ummat
yang telah dianugerahi Allah Kitab AlQuran yang lengkap dengan petunjuk yang
meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya menggunakan
metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Al Qur’an dan
Hadits. Diantara metode- metode tersebut adalah
a.
Metode Ceramah
Metode ceramah
adalah cara penyampaian inforemasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik
kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini terdapat di dalam Al Qur’an :
yang artinya Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka
membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia,
Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri (hasil
kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah
kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (Q.S. Yunus
: 23)
b.
Metode Tanya
jawab
Metode Tanya
jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa
pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan atau
bacaan yang telah mereka baca.Prinsip dasar metode ini terdapat dalam hadits
Tanya jawab antara Jibril dan Nabi Muhammad tentang iman, islam, dan ihsan.
Selain itu ada
juga hadits yang lainnya seperti hadits berikut ini :
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis Lâis kata
Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim
dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw.
bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada
Samsul nizar, 2002, filsafat pendidikan
Islam. H. 70-71
Nata H. Abuddin. 2008. Manajemen Pendidikan,
Jakata : Kencana,hal.98
sungai di depan
pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari.
Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka
menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah
perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa. (Muslim, I:
462-463)
a.
Metode diskusi
Metode diskusi
adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik
memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan menganalisis
secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun
berbagai alternative pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawi
menyebut metode ini dengan sebutan hiwar (dialog)
Prinsip dasar metode ini terdapat dalam Al Qur’an Surat Assafat :
20-23 yang berbunyi :Artinya “Dan mereka berkata:”Aduhai celakalah kita!”
Inilah hari pembalasan.Inilah hari keputusan yang kamu selalu
mendustakannya(kepada Malaikat diperintahkan): “Kumpulkanlah orang-orang yang
zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka
sembah,Selain Allah; Maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. (Q.S.
Assafat : 20-23)
Selain itu
terdapat juga dalam hadits yang berbunyi :Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sâ’id
dan Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail dan dia ibn Ja’far dari ‘Alâ’ dari
ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah
kalian siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak
memiliki dirham dan harta.Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari
ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa
dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang
ini, menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul orang ini.Maka orang itu
diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus
kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian
ia dicampakkan ke neraka.(Muslim, t.t, IV: 1997)
b.
Metode
Pemberian Tugas
Metode
pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru memberikan
tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil tersebut diperiksa
oleh gur dan murid harus mempertanggung jawabkannya.Prinsip dasar metode ini
terdapat dalam Al Qur’an yang berbunyi :Artinya : “Hai orang yang berkemul
(berselimut),Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah!Dan
pakaianmu bersihkanlah,Dan perbuatan dosa tinggalkanlah,Dan janganlah kamu
memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.Dan untuk
(memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
c.
Metode
Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara
mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan
sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits yang
berbunyiArtinya: Hadis dari Muhammad ibn MuÅŸanna, katanya hadis dari Abdul
Wahhâb katanya Ayyũb dari Abi Qilâbah katanya hadis dari Mâlik. Kami mendatangi
Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama
(dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw adalah seorang yang penyayang dan
memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada
keluarga, beliau menanyakantentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami
memberitahukannya.Beliau bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan tinggallah
bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka.Beliau menyebutkan hal-hal
yang saya hapal dan yang saya tidak hapal.Dan salatlah sebagaimana kalian
melihat aku salat. (al-Bukhari, I: 226)
Diantara
keuntungan metode ini adalah
ü Perhatian anak dapat dipusatkan dan titik berat yang dianggap
penting dapat diamati secara tajam.
ü Proses belajar anak akan semakin terarah karena perhatiannya akan
lebih terpusat kepada apa yang didemonstrasikan.
ü Apabila anak terlibat aktif, maka mereka akan memperoleh pengalaman
atau pengetahuan yang melekat pada jiwanya dan ini berguna dalam pengembangan
kecakapannya.
d.
Metode
eksperimen
Suatu cara
mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu percobaan, dan setiap proses dan
hasil percobaan itu diamati oleh setiap murid, sedangkan guru memperhatikan
yang dilakukan oleh murid sambil memberikan arahan.
Prinsip dasar
metode ini ada dalam hadits :Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu’bah ibn
Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang kepada Umar
ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air, kata
Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika saya dan
anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya
berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada
Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: ”Sebenarnya anda cukup begini”.
Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian
mengusapkan keduanya pada wajah.(al-Bukhari, I: 129)
e.
Metode Amsal/perumpamaan
Yaitu cara
mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau
perumpamaan.Prinsip metode ini terdapat dalam Al Qur’an: Artinya: Perumpamaan
mereka adalah seperti orang yang menyalakan api Maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (Q.S. Albaqarah : 17)
Selain itu terdapat pula dalam hadits yang berbunyi :Artinya;
Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb
yakni as- Åšaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda:
Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang
kebingungan di tengah kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke
sini. (Muslim, IV: 2146)
Perumpamaan
dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan
pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik.
Matode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain,
mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang
digunakan oleh Rasulullah saw. sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat
dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada
yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi
sesuatu yang sangat jelas.
f.
Metode Targhib
dan Tarhib
Yaitu cara
mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran
terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan
kebaikan dan menjauhi keburukan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut ini :
Artinya: Hadis
Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi
Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya
Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?,
Rasulullah saw bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak
ada yang bertanya tentang hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya
melihat semangatmu untuk hadis. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada
hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan ”Lâilaha illa Allah” dengan ikhlas
dari hatinya atau dari dirinya.(al-Bukhari, t.t, I: 49)
Ada
beberapa kelebihan yang paling berkenaan dengan metode Targhib dan Tarhib ini
antara lain:
ü Taghib dan Tarhib bertumpu pada pemberian kepuasan dan argumentasi.
ü Targhib dan Tarhib disertai gambaran keindahan surge ynag
menakjubkan atau pembebasan azab neraka.
ü Targhib dan Tarhib Islami bertumpu pada pengobatan emosa dan
pembinaan efeksi ketuhanan.
ü Targhib dan Tarhib bertumpu pada pengontrolan emosi dan
keseimbangan antara keduanya.
g.
Metode
pengulangan (tikror)
Yaitu cara
mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara mengulang-ngulang
materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat lebih lama materi yang
disampaikan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut :
Artinya: Hadis
Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzâ ibn Hâkim, katanya hadis dari
ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda: Celakalah bagi orang yang
berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan
baginya. (As-Sijistani, t.t, II: 716).
Satu proses
yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang
diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya
melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan
secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental,
mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah
tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik.
Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang.
h.
Metode
Keteladanan
Metode ini, disebut juga metode meniru yakni suatu
metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladan
yang baik kepada anak didik. Dalam Al-
Qur’an, kata teladan diproyeksikan dengan kata Uswah yang kemudian diberikan sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti teladan yang baik. Metode keteladanan adalah suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberikan contoh teladanan yang baik kepada anak didik agar ditiru dan dilaksanakan. Dengan demikian metode keteladanan ini bertujuan untuk menciptakan Akhlak Al-Mahmudah kepada peserta didik.cuan dasar dalam berakhlak al-mahmudah adalah Rosulullah dan para Nabi lainnya yang merupakan suri tauladan bagi umatnya.seorang pendidik dalam berinteraksi dengan anak didiknya akan menimbulkan respon tertentu baik positif maupun negatif, seorang pendidik sama sekali tidak boleh bersikap otoriter, terlebih memaksa anak didik dengan cara-cara yang merusak fitrohnya.
Nilai edukatif keteladanan daam dunia pendidikan adalah metode influitif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalammempersiapkan danmembentuk moral spriritual dan sosial anak didik. Keteladanan itu ada dua macam :
ü Sengaja berbuat untuk secara sadar ditiru oleh si terdidik
ü Berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang akan ditanamkan pada terdidik,sehingga tanpa sengaja menjadi teladan bagi terdidik.
B. PENYEBAB LEMAHNYA UMAT ISALAM DALAM METODOLOGI YANG MENGAKIBATKAN KEMUNDURAN UMAT ISLAM
1. Surutnya Ijtihad
Akibatnya, ketika faktor bahasa Arab menjadi karier, maka ijtihad tidak lagi dikerjakan dengan cukup. Padahal ummat Islam hanya bisa terus menerus menghadapi zaman, bila mereka terus menerus berijtihad. Sedangkan ijtihad hanya bisa dikerjakan dalam bahasa Arab klasik. Ketika sebagian orang nekad berijtihad tanpa bekal yang memadai, timbullah berbagai "fatwa nyleneh", sehingga beberapa penguasa pada zaman itu merasa perlu untuk "menutup pintu ijtihad". Suatu keputusan berniat baik namun gegabah dan justru memperburuk suasana. Karena ijtihad tidak lagi dikerjakan, maka persoalan baru tampak menjadi muskil dipecahkan dengan Islam. Maka ummat Islam pun mulai mengambil solusi dari luar Islam. Mulai abad 17 (abad 11 H) sejalan dengan invasi Barat ke negeri-negeri muslim, ummat Islam mengambil sistem ekonomi kapitalis dan sistem hukum & politik sekuler, meskipun mereka masih "menguji" agar "tidak bertentangan dengan Islam". Namun kekaburan ini sudah terlanjur menjadi, dan ummat Islam tidak lagi kritis, bahwa sistem asing yang diimpornya itu didasarkan pada mitos. Bahkan lambat laun mereka cukup fanatik pada sistem asing itu, karena telah ada seseorang yang juga sudah dimitoskan yang melegitimasinya.
2. Kekaburan Thariqah Islamiyah
Islam bukanlah ajaran yang memberikan sekedar ide, melainkan juga menunjukkan metode untuk mewujudkan ide tersebut, yang dikenal dengan term "thariqah". Bila kita selidiki, semua perintah-perintah ilahi selalu termasuk fikrah (=ide) atau thariqah (=metode), dan tak ada perintah fikrah tanpa thariqah, atau thariqah tanpa fikrah. Sebagai contoh, "Berimanlah" adalah perintah fikrah. Perintah thariqah yang berkaitan dengan ini adalah hal-hal yang menyangkut mengamati alam serta melakukan pemikiran rasional yang menjadi landasan iman, dan perlindungan iman termasuk jihad serta hukuman mati bagi orang-orang yang murtad. Contoh lain, "Jiwamu, Hartamu dan Kehormatanmu adalah suci" adalah perintah fikrah. Perintah thariqah yang berkaitan adalah perlindungan atas kesucian itu, seperti fasilitas kesehatan, polisi, pengawas pasar, peradilan keluarga, dan juga termasuk hukuman bagi pelanggaran atas tindak pidana yang terkait.
Kekaburan atas thariqah Islamiyah bisa dibagi dalam tiga tahap:
a. Kendurnya Jihad
Jihad sebagai alat dakwah sekaligus menjaga kaum muslimin agar selalu menjadi ummat terbaik di muka bumi (khairu ummat) agar ummat lain yakin, bahwa ajakan kepada Islam memang akan membawa mereka menjadi maju, adil, makmur dan diridhoi Allah. Bila mereka perlu contoh, maka silakan melihat sendiri fakta di Daarul Islam. Saat itu, adakah negara yang lebih baik dari Daarul Islam? Inilah dakwah yang sangat meyakinkan. Namun lambat laun, bersamaan dengan kekaburan fikrah, maka orientasi ummat Islam mulai bergeser. Di satu sisi, sebagian ummat lebih cenderung untuk "meresapi kehidupan religi"yang disalahtafsirkan sebagai "Jihad Qubra", sebagaimana tampak dalam ribuan sekte-sekte "sufi" yang menjauhi jihad serta amar ma'ruf nahi munkar.
Di sisi lain, sebagian ummat lebih cenderung "menikmati rejeki Allah" dengan hidup lux, walaupun dari rejeki yang halal. Yang jelas, jihad mulai redup. Dan dakwah mulai dikerjakan "sambil lalu". Ini yang menjelaskan, mengapa dakwah ke Asia Tenggara praktis tanpa jihad, walau tetap pantas dikagumi, bahwa "dakwah sambil lalu" dari para pedagang itu toh masih memiliki kemampuan yang tinggi untuk mendesak suatu ajaran lama. Namun fikrah yang masuk sudah tidak sejernih dakwah pada generasi awal Islam.
b. Lenyapnya Daulah Khilafah
Ketika qualitas ummat semakin redup, maka semakin turun pulalah kontrol atas kekuasaan sesuai pepatah Arab ("Pemimpinmu itu sebagaimana kamu"). Daulah khilafah, meski saat itu masih ada dan diakui ummat Islam di seluruh dunia, namun kekuasannya mulai terbatas sekedar sebagai simbol persatuan spiritual, sedangkan di mana-mana mulai tampil raja-raja monarki, yang meskipun masih memerintah dengan Islam, namun tak lagi sepenuhnya menyemangatkan "Jama'atul Islamiyah" (=negara dunia Islam) melainkan "Jama'atul Qaumiyah" (=negara kebangsaan). Akibatnya, potensi ummat Islam mulai tidak menyatu menjadi sinergi yang luar biasa. "Take care" ummat Islam di suatu wilayah atas penderitaan ummat Islam di wilayah lain tinggal sebatas pada doa dan sedekah yang tidak seberapa, karena khilafah tidak lagi kuat untuk menjalankan fungsi baik komando maupun koordinasinya. Di samping itu, bahasa Arab sebagai bahasa pemersatu mulai kurang dipahami oleh ummat Islam sendiri, karena kurang dipelihara.
c. Lepasnya Bumi Islam
Ketika khilafah mulai lemah, sementara fikrah sudah sangat kabur, maka relatif mudah bagi bangsa Barat untuk invasi dengan menggunakan politik devide et impera. Antar raja-raja muslim karena semangat qaumiyahnya mulai gampang dihasut dan diadu domba. Maka Barat menjanjikan bantuan pada salah satu pihak, dengan imbalan wilayah. Para penguasa muslim tidak lagi sadar, bahwa adalah haram hukumnya meminta perlindungan pada orang-orang kafir, dan perselisihan antar kaum muslimin harus dicarikan penengah yakni dari khalifah. Namun apa daya ketika khilafah sendiri mulai lemah?
Maka satu demi satu bumi Islam mulai lepas ke tangan penjajah. Dan mulailah, sedikit demi sedikit penjajah memasukkan sistem kufur dalam kehidupan, dan menggeser sistem Islam. Proses ini makin dipercepat ketika kalangan elit muslim juga terpengaruh fikrahnya, apalagi melihat Barat secara material/fisik berada di atas angin. Ketika di abad-20 bumi Islam diberi kemerdekaan kembali - karena desakan politik (pseudo) anti imperialisme dari Uni Soviet maupun Amerika Serikat, sehingga kolonialisme gaya lama menjadi tidak "in" lagi, sistem yang berlaku pada mereka, serta fikrah yang lazim pada mereka, sudah sangat terkontaminasi dengan produk-produk mitos Barat. Sementara khilafah, sebagai simbol persatuan ummat Islam, pun sejak 1924 secara formal sudah tidak ada lagi.
3. Kekaburan Relasi Fikrah-Thariqah
Bila di kesempatan yang lalu kita sama-sama melihat secara terpisah bahwa bidang fikrah maupun thariqah sama-sama terserang "penyakit", maka lepasnya kaitan antara fikrah dan thariqah lebih mempercepat lagi proses tersebut, atau setidaknya, menyulitkan proses penyembuhannya. Ibarat seorang pasien penyakit jiwa yang juga mengalami penyakit jasmani, maka mestinya penanganannya dilakukan secara holistis ("menyeluruh"), dan tidak sepotong-sepotong, karena kestabilan jiwa juga tergantung pada kesehatan jasmani, dan demikian pula sebaliknya.
ü Disintegrasi Studi Islam
Pada awalnya, kaum muslimin mempelajari Islam secara menyeluruh. Prioritas mempelajari ilmu tidak tergantung dari subyeknya, namun semata dari hukm syar'i amal/prakteknya (fardh-mustahab-mubah). Suatu amalan yang fardh, maka semua ilmu yang terkait pun fardh. Maka ketika jihad fardh, iptek pendukung jihad pun fardh. Demikianlah, ketika studi Islam dikerjakan dengan benar, tak ada dikotomi antara so called "ilmu agama" dengan "ilmu dunia", tidak ada pemisahan antara hukum waris dengan aljabar, atau ilmu sholat dengan astronomi, dll.
ü Evolusi Islam
Mereka mulai menghalalkan bunga dengan alasan itu perlu untuk uang yang mengalami inflasi atau untuk mengisi kas anak yatim (=ada maslahat). Pelacuran, judi atau konsumsi khamr mulai tidak dijauhi habis-habisan namun justru ditolerir secara terbatas dengan istilah "lokalisasi". Kerjasama dengan negara perampok (Israel) dikatakan halal dengan alasan tidak ada mimpi yang melarangnya. Dan muslimah difatwakan tidak usah berjilbab karena istri sang tokoh juga tidak berjilbab.
ü Terpojok di Sudut Defensif
Ketika fikrah Islam sudah sangat redup, mitos sudah merajalela, orang menjadi mukmin tidak karena berpikir tetapi karena ikut-ikutan lingkungan, khilafah sebagai methode menerapkan Islam di masyarakat tidak exist lagi, bahkan masyarakat semakin asing dari ajaran Islam yang murni karena studi Islam ditangani oleh orang-orang yang bukan ahlinya, yang tidak meluruskan masyarakat namun justru merubah Islam, di saat yang sama datang serangan yang telak dari orang-orang kafir: MENYUDUTKAN ISLAM.Musuh-musuh Islam sadar, bahwa tidak mungkin menghancurkan Islam dan ummat Islam dengan kekuatan senjata. Karena itu, mereka berupaya terus menerus tanpa henti, untuk minimal membuat Islam dan ummat Islam tidak lagi berbahaya bagi kepentingan mereka. Andaikata ummat Islam masih tegar seperti pohon yang sehat dan berakar dalam, maka niscaya badai topan sebesar apapun akan dengan tatag dihadapinya. Namun kini, ketika akar sang pohon sudah lapuk, maka terpaan angin sepoi-sepoi saja bisa membuatnya rubuh.Maka ummat Islam dewasa ini umumnya kelimpungan, ketika dikonfrontasikan dengan berbagai ajaran Islam yang ada dalam Qur'an atau Sunnah sendiri
Suyasubrata B. Cetakan I. 1983. Beberapa Aspek dasar-dasar Kependidikan. Jakarta : Bina Aksara,hal.90
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. 2006. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Drs. Hasbullah. 1999. Kapita Selekta Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suyasubrata B. Cetakan I. 1983. Beberapa Aspek dasar-dasar Kependidikan. Jakarta : Bina Aksara.
Jalaluddin dan Usman said. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada.Muzayyin Arifin. 2010.
Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung : Refika Aditama
Basri Hasan. 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia
Suyasubrata B. Cetakan I. 1983. Beberapa Aspek dasar-dasar Kependidikan. Jakarta : Bina Aksara.
Muzayyin Arifin. 2010. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara
H. Jalaluddin. 2012. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
Nata H. Abuddin. 2008. Manajemen Pendidikan, Jakata : Kencana
0 Komentar