A. Hakikat Manusia
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari
saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya
menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena
itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.

Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal
tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien,
Shal-shal, dan Sualalah.
Ayat-ayat yang menyebutkan bahwa manusia
diciptakan dari tanah, umumnya dipahami secara lahiriah. Hal ini itu
menimbulkan pendapat bahwa manusia benar-benar dari tanah, dengan asumsi karena
Tuhan berkuasa , maka segala sesuatu dapat terjadi. Ayat-ayat yang menerangkan
bahwa manusia diciptakan dari tanah tidak berarti bahwa semua unsure kimia yang
ada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan
beberapa unsure sebagai kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur
tersebut ialah : jasad ( al-Anbiya’ : 8, Shad : 34 ). Ruh (al-Hijr 29,
As-Sajadah 9, Al-anbiya’ :91 dan lain-lain); Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185
dan lain-lain ) ; Aqal ( al-Baqarah 76, al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain);
dan Qolb ( Ali Imran 159, Al-Ara’f 179, Shaffat 84 dan lain-lain ). Jasad
adalah bentuk lahiriah manusia, Ruh adalah daya hidup, Nafsu adalah jiwa , Aqal
adalah daya fakir, dan Qolb adalah daya rasa. Di samping itu manusia juga
disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti lemah ( an-Nisa 28 ), suka
berkeluh kesah ( al-Ma’arif 19 ), suka bernuat zalim dan ingkar ( ibrahim 34),
suka membantah ( al-kahfi 54 ), suka melampaui batas ( al-‘Alaq 6 ) suka
terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain sebagainya. Hal itu semua merupakan produk
dari nafsu , sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan negatif adalah aqal
dan qolb.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara
tentang proses penciptaan manusia pertama. Yang dibicarakan secara terinci
namun dalam ungkapan yang tersebar adalah proses terciptanya manusia dari
tanah, saripati makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah,
berkembang menjadi mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah
berproses dalam rahim ibu.
B.
Martabat Manusia
Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksud nya adalah secara
dasarnya maqam merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap khalikNya,
yang juga merupakan sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi di hadapan
tuhannya pada saat dalam perjalanan spritual dalam beribadah kepada Allah Swt.
Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang dalam hasil
ibadahnya yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam
tersebut, secara umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini jumlahnya
ada 7 (tujuh), yang di kenal juga dengan nama martabat tujuh, seseorang hamba
yang menempuh perjalanan dzikir ini biasanya melalui bimbingan dari seseorang
yang alim yang paham akan isi dari maqam ini setiap tingkatnya, seseorang hamba
tidak di benarkan sembarangan menggunakan tahapan maqam ini sebelum
menyelesaikan atau ada hasilnya pada riyadhah dzikir pada setiap maqam, ia
harus ada mendapat hasil dari amalan pada maqam tersebut.
Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti melalui
beberapa proses sebagai berikut:
Taubat;
Memelihara diri dari perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang
haram;
Merasa miskin diri dari segalanya;
Meninggalkan akan kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap
tuhan yang maha esa;
Meningkatkan kesabaran terhadap takdirNya;
Meningkatkan ketaqwaan dan tawakkal kepadaNya;
Melazimkan muraqabah (mengawasi atau instropeksi diri);
Melazimkan renungan terhadap kebesaran Allah Swt;
Meningkatkan hampir atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara
menetapkan ingatan kepadaNya;
Mempunyai rasa takut, dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.
Dengan melalui latihan di atas melalui amalan dzikir pada maqamat, maka
seseorang hamba akan muncul sifat berikut :
Ketenangan jiwa;
Harap kepada Allah Swt;
Selalu rindu kepadaNya dan suka meningkatkan ibadahnya;
Muhibbah, cinta kepada Allah Swt.
Untuk mendapatkan point di atas, seseorang hamba harus melalui beberapa
tingkatan maqam di bawah ini, tetapi melaluinya adalah amalan dzikir pada maqam
yang 7 (tujuh), adapun hasilnya akan dapat di uraikan dengan beberapa maqam
sifat, yaitu :
Taubat;
Zuhud;
Sabar;
Syukur;
Khauf (takut);
Raja’ (harap);
Tawakkal;
Ridha;
Muhibbah.
C.
Tanggung Jawab Manusia
Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai
makhluk Tuhan, makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial. Di mana dalam
kehidupannya di bebani tanggung jawab, mempunyai hak dan kewajiiban, dituntut
pengabdian dan pengorbanan.
Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat
yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga
tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan
semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan
selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa
melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung
jawab.
Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung
jawab masing-masing individu berbeda, Tanggung jawab mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan perasaan. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Macam-Macam Tanggung Jawab
a. Tanggung
jawab terhadap dirinya sendiri
Manusia dalam hidupnya mempunyai “harga”,
sebagai mana kehidupan manusia mempunyai beban dan tanggung jawab masing-masing.
b. Tanggung
jawab terhadap keluarga
Keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak, dan
juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib
bertanggung jawab kepada keluarganya.
c. Tanggung
jawab terhadap masyarakat
Pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup
tanpa bantuan orang lain, sesuai dengan kedudukanya sebagai makhluk sosial.
Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus berkomunikasi dengan manusia
lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota
masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat
yang lain agar dapat melangsunggkan hidupnya dalam masyarakat tersebut.
d. Tanggung jawab terhadap Bangsa / Negara
Suatu kenyataan bahwa setiap manusia, setiap individu
adalah warga negara suatu negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak,
bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat
oleh negara. Manusia tidak bisa berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan
manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kan kepada negara.
e. Tanggung jawab terhadap Tuhan
Manusia mempunyai tanggung jawab langsung
kepada Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan
yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama.